Lailatul qadar adalah malam paling baik dari seribu bulan. Malam ini memiliki banyak keutamaan dan kemuliaan. Karena kemuliaan malam tersebut, Rasulullah SAW, Sahabat, beserta kaum muslimin sangat mengidam-idamkan untuk bisa meraihnya. Dan yang perlu menjadi catatan, banyak yang meriwayatkan bahwa malam tersebut berada pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan.
Hanya saja, keterangan tentang pada malam ke berapa dari Ramadan, malam tersebut berada tidaklah bisa dipastikan. Karena sebagian riwayat ada yang menyebutkan bahwa malam tersebut berada di malam ke duapuluh satu, ada juga yang meriwayatkan bahwa malam tersebut berada di malam ke dua puluh tiga, dan ada juga yang menyebutkan bahwa malam tersebut berada di malam ke dua puluh tujuh.
Di antara hikmah dari ketidakpastian keterangan tentang keberadaan malam lailatul qadar di salah satu malam-malam terakhir bulan Ramadan, yaitu kaum muslimin akan terus giat melakukan kebaikan serta ibadah-ibadah sunnah pada setiap malamnya khususnya di hari-hari akhir bulan Ramadan.
Sebagaimana kita ketahui selama ini, bahwasannya sebagian kaum muslimin hanya bersemangat mengisi bulan-bulan Ramadan dengan serangkaian ibadah, baik sunnah maupun wajib, di awal-awal bulan Ramadan saja. Semoga dengan ketidakpastian keberadaan lailatul qadar di salah satu malam terakhir bulan Ramadan, akan memacu semangat kaum muslimin untuk terus konsisten meningkatkan kebaikan dan ibadah mereka dari awal Ramadan hingga akhirnya. Yang akan memberi pengaruh positif pada aktifitas mereka di bulan-bulan lainnya.
Dan, diantara upaya yang diajarkan Rasulullah SAW untuk menggapai malam lailatul qadar adalah dengan memperbanyak ibadah dan berdzikir kepada Allah SWT di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan media untuk merealisasikannya adalah dengan beritikaf di masjid, dan memperbanyak dzikir kepada Allah SWT, serta memperbanyak intensitas penghambaan kepada Allah SWT, baik dengan salat sunnah atau ibadah lainnya yang dapat membawa jiwa kepada titik penghambaan seutuhnya hanya kepada Allah SWT.