Buya Arrazy Hasyim menyebut jika tidak ada negeri manapun di dunia yang sangat megah shalawatnya melebihi Indonesia.
“Madinah itu simbolnya Sayyidina Nabi Muhammad SAW. Tapi majelis shalawat sudah tidak ada. Majelis shalawatnya dipindahkan di sini. Itu yang kita sebut kita ‘madinahkan’ Indonesia,” kata Buya Arrazy dalam tasyakur Khotmil Qur’an ke-48 Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Sleman, Yogyakarta (21/03/2022).
“Kita mengira orang-orang Arab itu lebih banyak hafal (al-Qur’an) daripada kita. Ternyata enggak. Yang paling banyak hufaznya di dunia itu orang Indonesia. Yang paling banyak majelis shalawatnya di dunia itu orang Indonesia,” tambahnya.
Menurut Buya Arrazy, shalawat kepada Nabi Muhammad adalah salah satu pembeda para ahlul Qur’an dengan Khawarij.
“Coba lihat majelis-majelis, rumah-rumah tahfiz, ma’had-ma’had yang tidak ada majelis sholawat di dalamnya, saya curigai sanad Qur’annya tidak menyatu dengan akhlaknya. Dia dapat hafalan Qur’an, tetapi tidak mendapat rasa mencintai orang yang membawa al-Qur’an,” kata pendakwah kelahiran Sumatera ini kepada ribuan santri Ponpes Pandanaran.
Lebih lanjut, Buya Arrazy menerangkan bahwa ketika bershalawat, kita pada dasarnya sedang membaca dan memuliakan nama orang yang membawa al-Qur’an.
“Itu karena al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.”
Terkadang, demikian Buya Arrazy, orang lupa dengan makna satu hadis yang sering kita dengar. Sayyidah Aisyah pernah ditanya tentang seperti apakah akhlak Rasulullah. Sayyidah Aisyah menjawab bahwa “akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an.”
Di lain tempat, ada juga ayat yang menyebut bahwa Nabi Muhammad adalah ruhnya Allah.
“Jadi, yang dihafal oleh para santri, itu disebut sendiri oleh Qur’an sebagai ruh. Tapi di luar sana, ada yang menghafal Qur’an tidak dengan ruh,” terang Buya Arrazy.
Menurut alumnus UIN Syarif Hidayatullah ini, 14 abad lalu Rasulullah SAW sudah mengabarkan bahwa akan ada sekelompok orang dari orang yang pernah membentak Nabi Muhammad. “Maka sampai nanti mereka akan membentak para pewarisku (Nabi Muhammad).”
Menurut riwayat, orang yang sempat membentak Nabi SAW itu sebetulnya mau dibunuh oleh Khalid bin Walid. Tapi Nabi Muhammad tidak mengizinkan.
“Biarkan dia. Akan muncul dari kelompok dia yang bacaan Qur’annya fasih dan hafiz, tapi hanya berhenti di kerongkongan,” kata Buya Arrzay mengutip sebuah hadis.
“Biasanya, mereka itu berasal dari kelompok yang menghafal al-Qur’an pakai nafsu, yang penting cepat. Jadi, kalau ada metode menghafal Qur’an untuk cepet-cepetan, itu gak usah dihiraukan,” imbuhnya.
Baca Juga, Nasehat untuk Para Penghafal Al-Qur’an dari Pendiri Ponpes Sunan Pandanaran
Buya Arrazy mengingatkan para santri agar menghafal dan menjaga al-Quran dengan istiqamah dan bersabar.
“Sebab al-Qur’an itu bukan hanya dihafal. Kata Sayyidina Abdullah bin Umar, kami (para sahabat) cuma menghafal lima ayat per lima ayat. Lima ayat diserap dulu akhlaknya, diambil dulu sifatnya, menyatu dulu nur-nya, baru nanti nambah lagi. Itulah PR-nya para penghafal Qur’an berikutnya.”
“Maka para santri sekalian, tolong yang dijaga bukan saja sanad hafalannya, tetapi juga sanad ahli Quran. Itulah pembeda kedua antara khawarij dengan ahlus sunnah. Kalau cuma sekadar hafalan, mereka juga hafal. Perbedaannya cuma satu, iman mereka tidak tembus ke dada. Dan tembusnya iman itu ditandai dengan bershalawat,” pungkas Buya Arrazy.