Dalam literatur fikih sujud yang diperbolehkan untuk dilakukan di luar shalat hanya ada dua, sujud tilawah dan sujud syukur. Sujud tilawah adalah sujud yang disyariatkan (sunah) ketika membaca ayat sajdah dalam Al-Quran.
Ada sedikitnya 15 tempat yang terdapat ayat sajdah di dalam Al-Quran. Sedangkan sujud syukur adalah sujud disyariatkan (sunah) ketika datangnya sebuah nikmat atau hilangnya sebuah musibah meski secara tiba-tiba.
Selain untuk dua tujuan di atas, melakukan sujud hukumnya adalah haram. Seperti dikatakan Syaikh Al-Malibari di dalam bukunya yang berjudul Fath al-Mu’in:
ولا يحل التقرب إلى الله تعالى بسجدة بلا سبب ولو بعد الصلاة
“Tidak boleh melakukan ibadah mendekatkan diri kepada Allah dengan cara bersujud tanpa ada tujuan yang jelas. Meski hal tersebut dilakukan setelah salat.”
Mengenai tata cara melakukannya, sujud tilawah dan sujud syukur adalah sama. Seperti yang tertera dalam Al-Mahalli:
)وهي كسجدة التلاوة) خارج الصلاة في كيفيتها وشروطها
“Sujud syukur sama seperti sujud tilawah di luar salat dalam hal tata cara dan syarat-syaratnya.”
Untuk rukunnya ada empat:
Pertama, niat melakukan sujud tilawah atau sujud syukur
Kedua, membaca takbir seperti halnya takbir salat
Ketiga, melakukan satu kali sujud
Keempat, salam
Sedangkan untuk syarat-syaratnya adalah sama dengan syarat salat. Yakni harus suci dari hadas dan najis, menutup aurat, menghadap kiblat, dan seterusnya (Al-Mahalli 1/259).
Kemudian untuk sujud yang terdapat dalam amalan-amalan tertentu, bisa diperbolehkan dengan diniati untuk melakukan sujud syukur. Atau mengikuti pendapat muqabil ashah yang mengatakan diperbohkannya melakukan sujud untuk mendekatkan diri pada Allah meski tidak dalam rangka sujud syukur ataupun sujud tilawah. Seperti yang diungkapkan Al-Nawawi dalam Al-Majmu’ (jus 4 halaman 69):
لو خضع إنسان لله تعالى فتقرب بسجدة بغير سبب يقتضي سجود شكر ففيه وجهان حكاهما إمام الحرمين وغيره (أحدهما) يجوز قاله صاحب التقريب (وأصحهما) لا يجوز صححه إمام الحرمين وغيره
“Jika seseorang mendekatkan diri kepada Allah dengan cara bersujud tanga adanya alasan yang mendorong untuk melakukan sujud syukur, maka ada dua pendapat di sana. Pertama, boleh. Hal ini diungkapkan oleh pengarang Taqrib. Yang kedua dan yang paling kuat, tidak boleh. Pendapatkan ini disahihkan oleh Imam Haramain dan yang lain.”
Wallahu A’lam.