Anak-anak tentu menjadi salah satu harta yang paling berharga bagi para orang tua. Sehingga setiap orangtua pasti mencintai anak-anak mereka dengan sepenuh hati. Allah pun menjelaskan fitrah manusia yang cenderung mencintai anak-anak dan harta benda mereka dalam Alquran surat Ali ‘Imran ayat 14. Namun terkadang ada orangtua yang pilih kasih, alias lebih mencintai satu orang anak dari pada anak yang lain.
Dalam ayat tersebut Allah berfirman, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14)
Oleh sebab itu, rasa cinta orangtua terhadap anak-anaknya merupakan sebuah fitrah alami yang secara naluri ditanamkan Allah di dalam hati para orang tua. Allah juga menyebutkan hal tersebut dalam Al-Quran surat Thaha ayat 39. Dalam ayat tersebut Allah berfirman, “Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari–Ku.” (QS. Thaha: 39)
Meskipun demikian, rasa cinta orang tua terhadap anak-anaknya terkadang cenderung kurang seimbang (pilih kasih). Sebagai contoh, biasanya sebagian besar orang tua cenderung lebih menyayangi anak bungsu dibandingkan dengan anak sulung. Penyebabnya, anak bungsu cenderung dianggap lebih lemah dan dianggap lebih membutuhkan kasih sayang. Sedangkan anak sulung cenderung dianggap harus lebih bisa mandiri agar kelak bisa mengayomi adik-adiknya.
Dalam kasus lain, bisa saja orang tua lebih mencintai salah satu anaknya (pilih kasih) karena beberapa faktor. Misalnya karena anak tersebut lebih pintar, lebih penurut, ataupun memiliki fisik yang lebih cantik ataupun tampan. Sedangkan anak yang lainnya dianggap kurang penurut, kurang cerdas, ataupun beberapa faktor lainnya. Lalu dalam Islam sebenarnya bolehkah jika orang tua cenderung lebih mencintai salah satu dari anak-anaknya (pilih kasih)?
Pada dasarnya, anak-anak juga merupakan cobaan bagi para orang tua. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam Al-Quran surat At Taghaabun ayat 14-15.
Dalam kedua ayat tersebut Allah berfirman, “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At Taghaabun: 14- 15)
Oleh sebab itu, para orang tua hendaknya bersabar apabila ada salah satu anaknya yang memiliki perilaku yang tak sesuai dengan ekspektasi atau harapan. Lalu terkait kecenderungan cinta yang berlebihan dari orang tua terhadap salah satu anaknya bukanlah suatu masalah. Hal tersebut tidak mengapa karena rasa cinta tersebut merupakan sifat yang alami dan merupakan anugerah dari Allah. Meskipun demikian, rasa cinta yang berlebih tersebut tidak boleh ditampakkan agar tidak memancing rasa kecemburuan pada anak.
Sebagaimana yang terjadi pada Nabi Ya’qub AS yang begitu mencintai anaknya yang bernama Nabi Yusuf AS. Rasa cinta tersebut kemudian menimbulkan perasaan jengkel di dada anak-anaknya yang lain seperti disebutkan dalam surat Yusuf ayat 7-8.
Dalam ayat tersebut Allah berfirman, “Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (Yaitu) ketika mereka berkata, ‘Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnyalebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (banyak). Sesungguhnya ayah kita di dalam kekeliruan yang nyata.” (QS. Yusuf: 7-8)
Walaupun diperbolehkan, kecenderungan menyayangi anak tertentu, tidak sampai membeda-bedakan dalam memberikan hak dan kewajiban kepada anak. Karena tindakan adil adalah kewajiban bagi orangtua kepada anak.
Dengan demikian, sesungguhnya rasa cinta yang berlebihan oleh orang tua terhadap salah satu anaknya merupakan hal yang wajar dan diperbolehkan. Meskipun demikian, rasa cinta yang berlebih tersebut tidak boleh terlalu ditampakkan. Sebab akan menimbulkan rasa kecemburuan pada anak dan sewaktu-waktu akan dapat memicu perselisihan seperti yang terjadi pada kisah Nabi Yusuf AS, juga harus tetap memberikan kesamaan dalam hak dan kewajiban.
Wallahu a’lam.