Ketika kita kecil, kita pasti pernah mendengar kisah-kisah nabi dan rasul, baik dari cerita guru, buku bacaan, dsb. Tujuan utama kita disuguhi kisah-kisah tersebut dari kecil, ialah agar kita meneladani mereka dan mengetahui perjuangan hidup mereka di jalan Allah Swt.
Sebelum kita beranjak lebih jauh, alangkah baiknya kita mengetahui apa yang di maksud dengan nabi dan rasul. Nabi ialah seorang manusia diberikan Syariat, tapi tidak diperintahkan untuk menyampaikanya. Sedangkan rasul ialah, seorang manusia yang diberikan syariat dan diperintahkan untuk menyebarkanya.
Perbedaan mendasar antara keduanya ialah antara menyampaikan syariat dengan tidak menyampaikan. Maka, bisa diambil kesimpulan, bahwa rasul itu sudah pasti nabi dan nabi itu belum tentu rasul. Walaupun ada beberapa ulama yang masih memperdebatkan definisi nabi dan rasul ini.
Terdapat perbedan pendapat tentang jumlah keseluruhan nabi dan rasul. ada yang mengatakan jumlah nabi ialah 124.000 dan rasul berjumlah 313. Ada juga yang mengatakan jumlah keseluruhan nabi dan rasul itu tidak bisa diketahui secara pasti. Walaupun seperti itu, kitab wajib mengimani nabi dan rasul yang berjumlah 25 yang disebutkan dalam al-Qur’an, yaitu dari nabi Adam As hingga nabi Muhammad Saw.
Dari seluruh nabi dan rasul, mereka adalah manusia, melakukan aktifitas seperti manusia pada umumnya, dan mengalami apa yang manusia alami. Banyak dalil yang mengatakan bahwa nabi dan rasul ialah manusia. Allah Swt berfirman:
(قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ…(الكهف: 110
“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa…” (Q.S al-Kahfi: 110)
Nabi Muhammad Saw bersabda:
.(إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي (رواه البخاري
“Hanya saja aku ini hanyalah manusia seperti kalian yang bisa lupa sebagaimana kalian juga bisa lupa, maka jika aku terlupa ingatkanlah.” (H.R Bukhori)
Adapun dalil Aqliynya, kita mengetahui dari berapa riwayat, bahwasanya para nabi dan rasul melakukan apa yang dilakukan oleh manusia, seperti makan, minum, tidur menikah, dsb. Sehingga, bisa diambil kesimpulan bahwa para dan dan rasul ialah manusia
Tapi perlu digaris-bawahi, para nabi dan rasul boleh melakukan perbuatan manusia dan merasakan apa yang dirasakan manusia, selama tidak mengurangi derajat kenabian dan kerasulanya, sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Ahmad al-Marzuqi dalam kitab Aqidatul Awam, beliau berkata:
وَجَـائِزٌ فِي حَقِّـهِمْ مِنْ عَـرَضِ بِغَـيْـرِ نَقْصٍ كَخَفِيْفِ الْمَـرَضِ
“Dan boleh di dalam hak nabi dan rasul dari sifat manusia # Tanpa mengurangi derajat mereka, seperti sakit yang ringan.”
Wallahu A’lam.