Ini Beberapa Sifat Wajib Bagi Rasul yang Perlu Kamu Ketahui

Ini Beberapa Sifat Wajib Bagi Rasul yang Perlu Kamu Ketahui

Ini Beberapa Sifat Wajib Bagi Rasul yang Perlu Kamu Ketahui

Selain penting untuk mengetahui sifat-sifat Allah yang keseluruhannya ada 41, penting pula mengetahui sekaligus hafal sifat-sifat Rasul Allah. Sifat Rasul Allah yang wajib diketahui keseluruhannya ada 9. Terdiri dari 4 sifat wajib, yang artinya sifat yang secara nalar agama tidak mungkin tidak ada pada rasul Allah. 4 sifat muhal, yang artinya 4 sifat kebalikan dari 4 sifat wajib, yang tidak mungkin dimiliki sifat rasul. Dan 1 sifat jaiz, artinya sifat yang bisa ada bisa tidak pada rasul.

Berikut Sembilan sifat tersebut:

Pertama, Sifat fathanah (فطانة) , yang artinya cerdas. Sifat cerdas artinya rasul memiliki kejeniusan yang tinggi dalam mengemukakan dasar-dasar agama pada orang di luar Islam, sekaligus membantah tuduhan-tuduhan mereka. Kebalikannya adalah sifat baladah, yaitu sifat bodoh.

Allah berfirman dalam surat an-Nahl ayat 125 terkait sifat ini:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Artinya: 

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Kedua, Sifat Shidqu (الصدق) , yang artinya jujur. Sifat jujur artinya apa yang Rasul sampaikan, terutama tentang wahyu-wahyu yang beliau terima, adalah sesuai dengan apa adanya. Tidak beliau tambahi, juga tidak beliau kurangi. Kebalikannya adalah sifat kidzbu, yaitu sifat berdusta.

Allah berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 22 terkait sifat ini:

وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الأحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا

Artinya:

“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.”

Ketiga, Sifat tablig (تبليغ) artinya menyampaikan syariat-syariat yang ditetapkan oleh Allah sebagai petunjuk bagi manusia. Nabi Muhammad tidak menyembunyikan wahyu dari Allah yang peruntukkan pada khalayak banyak. Kebalikannya adalah sifat kitman, atau sifat menyembunyikan.

Allah berfirman dalam surat al-Maidah ayat 67 terkait sifat ini:

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Artinya:

“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

Keempat, Sifat Amanah,  yang artinya terhindar dari hal-hal yang dilarang baik secara dzahir maupun bathin. Kebalikannya adalah sifat khiyanah, atau tidak terhindar dari hal yang dilarang.

Allah berfirman dalam surat ad-Dukhan ayat 18 terkait sifat ini:

أَنْ أَدُّوا إِلَيَّ عِبَادَ اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ

Artinya:

“(dengan berkata): “Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak). Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu.”

Empat sifat wajib di atas beserta kebalikannya yang merupakan sifat muhal, masih ditambah 1 sifat jaiz. Yaitu, Nabi Muhammad bisa saja mengalami hal-hal yang biasa dialami lumrahnya manusia. Tapi itu terbatas pada yang tidak sampai mengurangi derajad kemuliaan beliau. Allah berfirman dalam surah al-Furqan ayat 20:

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الأسْوَاقِ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا

Artinya:

“Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha melihat.”

Contoh hal yang lumrahnya dialami manusia yang juga dialami oleh Nabi, adalah Nabi juga makan dan minum layaknya manusia biasa. Nabi juga mengalami sakit. Nabi pun juga mengalami sedih. Nabi juga mengalami lapar serta haus, juga melakukan hubungan suami istri bersama istri-istri beliau. Sedang contoh hal yang lumrahnya dialami manusia tapi tidak alami oleh Nabi sebab itu bisa mengurangi derajad kemuliaan beliau, sifat gila. Nabi juga tidak buta, tuli ataupun mengalami sakit-sakit yang menjijikkan semacam sakit kudis.

9 sifat di atas menjadi pondasi penting bagaimana cara umat Islam memandang para Nabi seperti Nabi Muhammad. Dalam ruang lingkup keagamaan, seorang muslim tidak boleh meyakini semacam apa yang dituduhkan para orientalis dalam kajian hadis. Seperti Nabi menyembunyikan sebagian dari wahyu Allah. Nabi memiliki nafsu seks berlebihan sehingga memiliki istri dalam jumlah banyak. Sebab hal-hal itu tidak masuk diakal ada pada sosok yang diangkat sebagai nabi. Sebab hal itu menjatuhkan predikat kenabian itu sendiri.

9 sifat di atas juga menjadi pondasi penting untuk tidak berlebihan dalam memandang Nabi. Apalagi sampai meyakini Nabi memiliki sifat-sifat ketuhanan. Seperti tidak memerlukan makan dan minum. Tidak merasakan rasa sedih dan senang. Juga sifat-sifat lainnya yang lumrahnya ada pada manusia.

Nabi menjadi suri tauladan bagi manusia, untuk merawat sifat-sifat kemanusiaan yang ada pada dirinya. Oleh karena itu Nabi Muhammad melarang puasa wishal atau berpuasa tanpa berbuka sebab hal itu membahayakan bagi tubuh. Nabi Muhammad juga melarang untuk tidak sama sekali berhubungan suami istri bersama sang istri. Nabi Muhammad mengajarkan bahwa setiap hal memiliki hak wajib dipenuhi. Tubuh memiliki hak untuk dirawat, orang tua memiliki hak untuk diperlakukan dengan baik, tetangga memiliki hak untuk tidak dimusuhi, tumbuh-tumbuhan juga hewan juga memiliki hak untuk tidak dimanfaatkan kecuali sebatas kebutuhan.

Namun, sebagaimana mengajarkan untuk merawat sifat-sifat kemanusiaan, Nabi Muhammad juga melarang untuk mengumbar nafsu makan, minum serta syahwat. Sebab itu menghancurkan sifat kemanusiaan itu sendiri sebagai makhluk yang mulia dan tidak sejajar dengan hewan maupun benda mati.