Baru-baru ini, perdebatan hangat mencuat di dunia maya ketika seorang publik figur, yaitu Loly, putri Nikita Mirzani mencaci orang tuanya secara terang-terangan.
Banyak netizen mengomentari bahwa sikap buruk itu mungkin karena orang tuanya yang juga memberi contoh tidak baik selama masa didikannya. Kejadian ini memicu diskusi lebih lanjut tentang bagaimana seorang anak harus bersikap terhadap orang tuanya, bahkan dalam kondisi yang tidak menyenangkan.
Lalu apakah boleh membalas cacian orang tua dengan cacian pula?
Ada satu ayat dalam Al-Qur’an yang layak direnungkan, yaitu Surat Al-Isra ayat 23:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوۤا۟ إِلَّاۤ إِیَّاهُ وَبِٱلۡوَ ٰلِدَیۡنِ إِحۡسَـٰنًاۚ إِمَّا یَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَاۤ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَاۤ أُفࣲّ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلࣰا كَرِیمࣰا
Artinya: Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
Imam at-Thabari menjelaskan bahwa ayat ini memberikan peringatan tegas kepada kita agar selalu berbuat baik kepada orang tua, bahkan dalam situasi yang membuat kita jengkel. Tidak ada pengecualian, baik ketika orang tua membuat kita senang atau sebaliknya, kita tetap diwajibkan untuk berkata baik kepada mereka. Ketika dalam keadaan marah atau kecewa, justru di situlah ujian kesabaran kita sebagai anak.
Pentingnya Kesabaran Menghadapi Orang Tua yang Tidak Menyenangkan
Menurut Imam at-Thabari, kita harus bersabar menghadapi perilaku orang tua yang mungkin tidak kita sukai, bahkan yang bisa membuat orang lain merasa tersinggung.
فَلَا تُؤَفِّفْ مِنْ شَيْءٍ تَرَاهُ مِنْ أَحَدِهِمَا أَوْ مِنْهُمَا مِمَّا يَتَأَذَّى بِهِ النَّاس، وَلَكِن اصْبِرْ عَلَى ذَلِكَ مِنْهُمَا، وَاحْتَسِبْ فِي الْأَجْرِ صَبْرَكَ عَلَيْهِ مِنْهُمَا، كَمَا صَبَرَا عَلَيْكَ فِي صِغَرِكَ.
Jangan berkata “uf” jika kamu melihat perilaku kedua orang tuamu yang dapat menyakiti orang lain, tetapi bersabarlah. Dan berharaplah pahala dari kesabaran itu, sebagaimana kedua orang tuamu bersabar saat mengurus masa kecilmu.
Sebagai seorang anak, kita dituntut untuk tidak berkata kasar, apalagi mencaci mereka. Imam Mujahid menambahkan bahwa jika kita menemani orang tua yang sudah sepuh dan mungkin tidak bisa menjaga diri, kita tetap tidak boleh mengeluarkan kata-kata buruk. Mereka layak mendapatkan kesabaran dari kita sebagaimana mereka sabar mengurus kita di masa kecil.
إما يَبْلُغانَّ عِندك الكبر فلا تَقُل لهما أف حين ترى الأذى، وتميط عنهما الخلاء والبول، كما كانا يميطانه عنك صغيرا، ولا تؤذهما.
Saat kamu membersamai orangtuamu yang sudah sepuh, jangan lah berkata “uf” saat kamu tahu mereka menyakitimu, atau buang air sembarangan, sebagaimana mereka pernah mengurusmu buang air sembarangan saat kamu masih kecil. Jangan sakiti mereka.
Sikap buruk orang tua bukanlah alasan bagi kita untuk bertindak kasar kepada mereka. Jika dalam Al-Qur’an, berkata “ah” saja sudah dilarang, apalagi membentak atau mencaci mereka. Dalam kondisi apa pun, menjaga perkataan baik kepada orang tua adalah sebuah kewajiban.
Menutup Siklus Buruk dengan Kebaikan
“Buah jatuh tak jauh dari pohonnya,” kata pepatah. Ketika seorang anak membalas sikap kasar orang tuanya dengan cacian, kita bisa melihat bahwa lingkaran itu hanya akan berlanjut. Oleh karena itu, pendidikan adab dan akhlak menjadi sangat penting dalam keluarga. Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam berbicara dan bersikap. Jika kita ingin anak-anak kita kelak tidak berkata kasar, maka kita sebagai orang tua juga harus menjaga lisan dan sikap.
Meskipun demikian, jika kita berada di posisi sebagai anak, penting untuk diingat bahwa kewajiban kita adalah tetap berkata baik kepada orang tua, apa pun kondisi yang dihadapi. Bersabar menghadapi kekurangan mereka adalah salah satu bentuk pengabdian yang paling mulia.
Pada akhirnya, ujian sesungguhnya bagi seorang anak bukanlah saat orang tua memberi hadiah atau pujian, melainkan ketika mereka membuat kita marah atau kecewa. Di sanalah, pengabdian dan ketaatan kepada Allah diuji melalui bagaimana kita memperlakukan orang tua kita.
(AN)