JAKARTA, ISLAMI.CO – Dalam rangka merayakan dua dekade Yayasan Maarif Institute dan mengenang satu tahun kepergian Buya Ahmad Syafii Maarif, Maarif Institute menyelenggarakan rangkaian acara yang bertajuk Bineka Fest. Acara ini berlangsung di Pos Bloc, Jakarta Pusat, pada Rabu (30/08) kemarin.
Dalam sambutannya, Abdur Rahim Ghazali, Direktur Eksekutif Maarif Institute, menyampaikan bahwa kebinekaan merupakan sebuah keniscayaan. Oleh karena itu, setiap orang harus berupaya untuk merawatnya agar Kebinekaan tidak berbalik menjadi pendorong terjadinya konflik.
“Kita harus menjadikan kebinekaan ini sebagai perekat. Caranya, salah satunya adalah dengan merayakannya seperti ini,” ujarnya.
Dalam acara Bineka Fest sendiri, banyak tokoh-tokoh agama dan kepercayaan serta aktivis kebinekaan yang diundang.
Ia juga menyampaikan, acara Bineka Fest ini juga merupakan bentuk rasa syukur karena Maarif Institute mampu bertahan hingga dua dekade dalam merawat kebinekaan.
“Harapan kami, Maarif Institute ke depan agar lebih berperan, lebih mampu menjadi katalisator kebinekaan di Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof. Muhadjir Effendy mengatakan, problem-problem kebinekaan seperti diskriminasi dan segregasi masih belum selesai di Indonesia.
“Memang problem kebinekaan ini belum selesai di Indonesia. Masalah kebinekaan belum teratasi dengan baik,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan pentingnya meninjau langsung problem yang ada di daerah-daerah, termasuk mendengarkan cerita-cerita dari mereka yang berhadapan dengan problem. Tujuannya agar solusi yang hendak diberikan tidak salah sasaran.
Pada segmen Bincang Kearifan, Direktur PT. Pos Indonesia, Faizal Rochmad Djoemadi, mengungkapkan bahwa pemikiran-pemikiran Buya Syafii telah diadopsi ke dalam beberapa kebijakan di perusahaan BUMN, khususnya PT. Pos Indonesia.
Ia mencontohkan upaya pencegahan penyebaran paham ekstremisme di lingkungan PT. Pos Indonesia. Pihaknya telah bekerja sama dengan organisasi masyarakat (ormas) Islam seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
“Karena kami tidak mengkurasi penceramah, maka kami memutuskan untuk bekerja sama dengan organisasi besar seperti NU dan Muhammadiyah,” bebernya.
Contoh lainnya adalah pemikiran Buya Syafii tentang kemanusiaan. Menurut Faizal, dalam proses rekruitmen pegawai, tidak ada lagi penilaian yang didasarkan pada identitas. Semua calon pegawai yang mendaftarkan diri dinilai berdasarkan pengalaman dan kinerjanya.
“Dalam lingkungan kerja PT. Pos Indonesia, kami betul-betul menjaga agar setiap individu atau karyawan yang bekerja tidak lagi dilihat berdasarkan latar belakangnya, tetapi dilihat prestasinya, potensinya, dan performanya,” paparnya.
Berbicara pada segmen yang sama, Prof. Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal, menekankan pentingnya mencetak ‘Syafii Maarif-Syafii Maarif’ baru di masa depan. Mereka nantinya yang akan meneruskan perjuangan Buya Syafii dalam membela minoritas dan mengangkat martabat kemanusiaan.
“Siapapun yang berusaha meningkatkan martabat kemanusiaan dan mempromosikan rakyat minoritas, maka sesungguhnya itu adalah ideologi Syafii Maarif,” terangnya.
Bineka Fest merupakan acara yang diselenggarakan agar bisa menjadi ruang perjumpaan kalangan muda, tokoh lintas agama dan budaya. Acara yang dihadiri 200-an peserta ini diharapkan bisa menjadi energi baru dalam upaya mensosialisasikan gagasan dan cita-cita sosial Buya Syafii Maarif. [NH]