Sesajen tidak dapat serta merta dihukumi syirik, sebab kita tidak pernah tahu niatan pelakunya. Oleh karena itu para ulama Syafi’iyah memerinci perbuatan tersebut berdasarkan niat.
Di zaman ulama terdahulu bentuk sesajen ini sudah ada kemiripan dalam bentuk menyembelih hewan. Salah satu ulama ahli tarjih dalam madzhab Syafi’i, Imam Ibnu Hajar Al Haitami berkata:
ومن ذبح تقربا لله تعالى لدفع شر الجن عنه لم يحرم أو بقصدهم حرم
“Barang siapa menyembelih hewan untuk mendekatkan diri kepada Allah agar terhindar dari gangguan jin, maka tidak haram (boleh). Atau menyembelih dengan tujuan kepada jin maka haram” (Tuhfatul Muhtaj 9/326)
Sesajen Yang Syirik
Syekh Abu Bakar Dimyati Syatha (banyak ulama Indonesia berguru kepada beliau diantaranya KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU) berkata saat mensyarahi ungkapan Ibnu Hajar diatas yang dikutip oleh muridnya dalam Fathul Mu’in:
بل إن قصد التقرب والعبادة للجن كفر
“Bahkan jika menyembelih hewan dengan tujuan mendekatkan diri dan ibadah kepada jin maka ia telah kafir”. (Ianatuth Thalibin 2/397)
Ilhaq Masail (Menyamakan Hukum)
Belum kita temukan di kitab klasik tentang ‘sesajen’ berbentuk buah-buahan seperti yang ada dalam gambar saat pembangunan rumah. Namun cara menjawabnya adalah dengan penyamaan hukum yang berlaku di Bahtsul Masail berupa sistem Ilhaq (menyamakan hukum dengan perkataan seorang Imam).
Maka, jika pemasangan buah-buahan ditujukan meminta rezeki hanya kepada Allah adalah boleh. Dan jika permintaan ditujukan kepada selain Allah maka sudah jelas syirik. Namun kita tinggal mengarahkan kepada mereka bahwa setiap permintaan doa dan harapan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jangan Mudah Menuduh Kafir / Musyrik
Ketika ada Shahabat membunuh seseorang yang membaca syahadat yang dikira berpura-pura hanya berlindung supaya tidak dibunuh, Nabi shalallahu alaihi wasallam mengulang beberapa kali bertanya kepada Shahabat yang melakukan pembunuhan itu:
أفلا شققت عن قلبه حتى تعلم أقالها أم لا
“Apakah kamu sudah membelah hatinya sehingga kamu tahu dia mengucapkan syahadat (secara pura-pura) atau tidak?” (HR Muslim)
Kita pun bertanya kepada ustadz yang memberi jawaban syirik apakah dia telah membedah jantung hatinya bahwa dengan meletakkan buah-buahan di atas rumahnya dia tujukan kepada selain Allah?