Bagaimana sih Rasulullah dan keluarga merayakan hari raya? Kisah ini termaktub dalam Musnad Imam Ahmad, jilid ll, hlm. 232. Ketika malam Takbiran Sayyidina Ali bin Abi Thalib terlihat sibuk membagi-bagikan gandum dan kurma. Beliau bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, Sayyidina Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung kurma.
Terlihat, Sayyidina Ali memanggul gandum, sementara istrinya Sayyidah Fatimah menuntun Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein. Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni. Ketika esok hari tiba Shalat ‘Idul Fitri, mereka sekeluarga khusyuk mengikuti Shalat jama’ah dan mendengarkan khutbah. Selepas khutbah Id selesai, keluarga Rasulullah Saw itu pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri.
Sahabat beliau, Ibnu Rafi’i bermaksud untuk mengucapkan selamat ‘Idul Fitri kepada keluarga putri Rasulullah Saw. Tetapi sesampai di depan pintu rumah, alangkah tercengang Ibnu Rafi’i melihat apa yang sedang dimakan oleh keluarga Rasulullah Saw itu.
Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein yang masih balita, dalam ‘Idul Fitri, ternyata makanannya adalah gandum tanpa mentega, gandum basi yang baunya tercium oleh sahabat Nabi itu.
Seketika itu Ibnu Rafi’i mengucap Istighfar, sambil mengusap-usap dadanya seolah ada yang menyesak di sana. Mata Ibnu Rafi’i pun berlinang butiran bening, perlahan butiran itu menetes membasahi pipinya.
Kecamuk dalam dada Ibnu Rafi’i sangat kuat, setengah lari ia pun bergegas menghadap Rasulullah Saw.
Sesampainya di depan rumah Rasulullah, ia berkata, “Ya Rasulullah, ya Rasulullah, ya Rasulullah, putri baginda dan cucu baginda,” ujar Ibnu Rafi’i.
“Ada apa wahai sahabatku?” tanya Rasulullah ingin tahu.
“Tengoklah ke rumah putri mu wahai baginda, wahai Rasulullah. Tengoklah cucu baginda Hasan dan Husein,” kata lbnu Rafi’i menghiba.
“Kenapa keluargaku?”
“Tengoklah sendiri oleh baginda, saya tidak kuasa mengatakan semuanya,” kata lbnu Rafi’i dengan dada sesak.
Rasulullah Saw pun bergegas menuju rumah Sayyidah Fatimah. Tiba di teras rumah, terdengat tawa bahagia mengisi percakapan antara Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah dan kedua putranya, sayyidina Hasan dan sayyidina Hussein
Mata Rasulullah pun berlinang. Beliau menangis melihat keluarga putri tercinta dan dua cucunya yang hanya makan gandum basi dihari Raya Idul Fitri.
Di saat semua orang berbahagia, di saat semua orang makan yang enak-enak. Keluarga Rasulullah Saw penuh tawa bahagia dengan hanya makan gandum basi yang baunya tercium tidak sedap.
_”Ya Allah, Allahumma Isyhad…Ya Allah, Allahumma Isyhad…_ (Ya Allah saksikanlah, saksikanlah). Di hari ‘Idul Fitri keluargaku makanannya adalah gandum basi. Mereka membela kaum papa, ya Allah. Mereka mencintai kaum fuqara’ wal masakin.”
Mereka relakan lidah dan perutnya mengecap makanan basi, asalkan kaum fakir-miskin bisa memakan makanan yang lezat. _”Allahumma Isyhad, saksikanlah ya Allah, saksikanlah,”_ bibir Rasulullah berbisik lembut dengan airmata berlinang-linang membasahi wajah.
Sayyidah Fathimah tersadar kalau di luar pintu rumahnya, sang ayah sedang berdiri tegak. “Duhai ayahanda, ada apa gerangan ayah menangis?” tanya sayyidah Fatimah az-Zahrah.
Rasulullah tidak tahan mendengar pertanyaan itu. Setengah berlari ia memeluk putri kesayangannya itu sambil berujar, “Surga untukmu, Nak. Surga untukmu.”
Demikianlah, menurut Ibnu Rafi’i, keluarga Rasulullah Saw pada hari raya ‘Idul Fitri menyantap makanan yang basi dan bau.
Ibnu Rafi’i berkata, “Aku diperintahkan oleh Rasulullah Saw agar tdk menceritakan tradisi keluarganya setiap ‘Idul Fitri utu dan aku pun simpan kisah itu dalam hatiku.
Namun, selepas Rasulullah Saw wafat, aku takut dituduh menyembunyikan Hadits, maka aku ceritakan hal ini agar menjadi pelajaran bagi segenap kaum Muslimin.”
Kisah ini termaktub dalam Musnad Imam Ahmad, jilid ll, hlm. 232 yang menunjukkan kecintaan keluarga Rasulullah Saw kepada kaum fakir miskin.