Dalam al-Munqidz min al-Dhalal, Imam Ghazali menjelaskan berbagai sikap negatif yang bisa muncul dari bermacam ilmu yang dipahami secara salah. Salah satunya adalah ilmu riyadhiyyat, yakni ilmu hitung seperti matematika, survei, dan juga quick count yang telah dibuktikan dengan metodologi ilmiah yang kuat, serta ilmu perteknikan.
Menurut Imam al-Ghazali, mereka yang sedang berusaha menolak ilmu ini, termasuk ilmu matematika, survei, quick count, dan lain-lain), berarti mereka sedang mengatraksikan kedunguannya di tengah publik. Ilmu hitung -meski tak ada kaitannya dengan agama- merupakan ilmu pembuktian secara rasional. Contoh paling dasar adalah 1 + 1 = 2, siapapun yang menolak hasil hitungan ini bisa dipastikan dia dungu.
Sejatinya ilmu statistik seperti Quick Count tak jauh beda dengan contoh di atas. Keduanya sama-sama dibangun atas dasar argumentasi rasional yang kuat dan pasti (qath’i), hanya pembuktian metodologisnya saja yang lebih rumit dibanding ilmu matematika dasar. Sehingga wajar sekali bila Imam Ghazali beranggapan bahwa muslim yang menolak beragam tesis dari ilmu tersebut sebagai muslim yang gemblung, dungu, alias bodoh.
Kata Imam al-Ghazali, “Orang-orang seperti mereka bisa merusak citra Islam. Disebabkan cara berpikir mereka, akan banyak para cendikiawan yang beranggapan bahwa Islam dibangun seluruhnya atas dasar irasionalitas, bukan rasionalitas.”
Jadi, jangan terlalu percaya dengan mereka yang selalu berusaha menolak ilmu riyadhiyyat ini dan/atau menolak ilmu statistik, survei dan Quick Count yang telah diuji metodologi ilmiahnya, agar kita tidak ikut-ikutan dungu.