Bagaimana Keluar dari Penjara Kehidupan?

Bagaimana Keluar dari Penjara Kehidupan?

Bagaimana Keluar dari Penjara Kehidupan?

Bagaimana memahami makna dan hakikat kehidupan dunia? Bagaimana merefleksikan kehidupan yang seringkali terpenjara oleh hal-hal yang tidak tampak, oleh sesuatu yang tidak kita sadari? Prof. Komaruddin Hidayat, melalui buku ini, mengajak kita untuk sadar merefleksikan kehidupan agar tidak terjebak pada penjara-penjara non-fisik, penjara kehidupan.

Buku ini, membantu pembaca untuk dengan jernih sekaligus kritis memahami kehidupan, memandang hakikat dan meresapi makna hidup. Inilah renungan Prof. Komaruddin Hidayat, lewat 50 esai yang sering menyapa pembaca di berbagai media. Buku ini, merupakan kumpulan dari serpihan renungan yang disajikan dalam sebilah perspektif tentang makna hidup.

Ada satu renungan penting yang diungkapkan Komaruddin dalam buku ini, bagaimana agar manusia dapat memahami hakikat dunia, serta tidak terjebak pada penjara-penjara kehidupan? Penulis buku ini, memahami betapa agama sering menjadi penjara bagi manusia, yang memasung kebebasan komunikasi dan interaksi. Agama yang seharusnya menjadi pembebas, menjadi penuntun moral, sering kali disalahpahami sebagai penjara yang mengekang, yang membatasi gerak.

Dalam renungan Komaruddin, secara psikologis-sosiologis, agama cukup rentan untuk dimanipulasi atau dibajak oleh mereka yang tengah bertikai berebut kekuasaan, lalu agama dijadikan sumber pembenaran dan pemasok amunisi emosional-ideologis. Dan, ini sudah terjadi sejak wafatnya Rasulullah. Hal serupa juga pernah melanda Eropa: konflik berdarah-darah antara Protestan dan Katolik.  Karena itu, kira memang mesti berhati-hati untuk tidak mudah terprovokasi oleh akrobat kata-kata yang secara sengaja memanipulasi bahasa agama (hal. 26)

Komaruddin Hidayat mengungkapkan bahwa manusia selalu tumbuh dan bergerak, sesuai fitrahnya. “Potensi intelektual rata-rata manusia belum sampai 5% yang digunakan. Kita yang hidup hari ini, sulit membayangkan inovasi sains dan teknologi di masa depan yang akan mempengaruhi manusia. Ada dua karakter mendasar yang melekat pada manusia. Yakni pertumbuhan dan pengembaraan. Hidup selalu bergerak, tidak statis. Secara fisik, manusia terkena hukum pertumbuhan layaknya dunia flora. Secara intelektual dan spiritual, orang berharap agar makin bijak dan bermanfaat banyak bagi lingkungannya (hal. 12-13).

Bebas dari Penjara

Bagaimana jika pertumbuhan dan pergerakan justru hanya menjadi penjara? Orang beriman menikmati kehidupan sebagai penjara, karena akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Sebaliknya, orang kafir melanggar batasan kehidupan. “Rasulullah Muhammad bersabda, “Dunia itu bagaikan penjara bagi orang yang beriman, tetapi tidak ubahnya surga bagi orang kafir. Artinya, banyak batasan, hambatan dan larangan bagi orang beriman agar tidak ditabrak atau dilanggar. Di sana, banyak rambu-rambu yang mesti dipahami dan ditaati demi kebaikan dan keselamatan hidupnya. Larangan itu, untuk kebaikan dan keselamatan, bukan belenggu yang menyengsarakan. Sebaliknya, bagi orang yang tidak beriman, dunia ini panggung kebebasan, tapi ujungnya bisa membawa pada kerugian dan kesengsaraan. Jika tidak di dunia, akan dirasakan di akhirat kelak” (hal. 107).

Hidup ini sebuah ziarah, bayangkan betapa indahnya jika sesama peziarah kehidupan saling berkenalan, bercanda, berbagi pengalaman, dan tolong menolong sekalipun mereka berangkat dari rumah yang berbeda dan memiliki destinasi yang juga berbeda.

Begitupun mestinya yang dilakukan sesama umat beragama, sekalipun mereka memiliki iman yang berbeda. Kita hidup di bumi yang satu, memperoleh cahaya matahari yang sama. Mari kita rayakan kehidupan dengan kerja produktif dan bermakna (hal. 28).

Dalam buku ini, Komaruddin Hidayat mewanti-wanti pembaca agar tidak terjebak pada penjara-penjara kehidupan (prisons of life). Komaruddin menganggap bahwa, karena sifat penjara kehidupan ini non-fisik, kasat mata, maka perlu pengamatan intelektual yang jeli serta ketajaman hati nurani untuk memahaminya. Hati nurani manusia perlu diasah untuk dapat memahami secara jelas hal-hal apa saja yang menjadi perangkap kehidupan di dunia ini. Melalui buku ini, Prof. Komaruddin Hidayat mengajak pembaca untuk selalu merenungi makna terdalam hidup ini, serta mengelak dari jebakan penjara-penjara kehidupan[].

Info Buku:

Prof. Dr. Komaruddin Hidayat | Penjara-Penjara Kehidupan

Noura Books | I, Maret 2016, xiv + 278 hal. | ISBN: 978-602-385-067-9

 

*Munawir Aziz, penikmat buku, aktif di Gerakan Islam Cinta, silaturahmi via @MunawirAziz