Fenomena hijrah saat ini sudah bukan menjadi hal yang tabu. Apalagi jika kita pengguna aktif akun sosial media, khususnya instagram. Di akun sosial media tersebut sudah banyak digembrongi foto-foto perempuan hijrah, yaitu identik dengan kerudung lebar yang menutupi seluruh bagian tubuh atas, memakai niqab (cadar) dan baju kurung (gamis). Selain itu juga berguru kepada channel youtube yang bernuansa ruhani. Cara bergaul perempuan yang sudah hijrah pun berbeda, yaitu mengganti kalimat berbau barat seperti get well soon dengan syafakillah, good luck dengan maakumunnajah.
Namun, hal tersebut bukanlah suatu kesalahan dan dosa. Karena segala sesuatu tergantung dari niatnya. Jika seseorang berhijrah karena mengharap ampunan dan kasih sayang Allah SWT serta berguru dengan guru yang benar, maka dengan izin Allah SWT, hijrahnya menjadi bentuk jihad dan taubatnya. Karena ada beberapa perempuan yang berhijrah sebab kisah cintanya yang tidak mujur dan mengecewakan. Berharap jika sudah berhijrah akan mendapat jodoh yang lebih baik. Sebenarnya juga, niat seperti itu sah-sah saja, namun alangkah baiknya jika niat tersebut diperbaiki dengan mengharap ridha Allah SWT semata, karena jika berniat lillah (karena Allah saja) kemudian ia berdoa suatu permintaan dan Allah menghendakinya maka akan terwujud kebutuhannya.
Hijrahnya perempuan saat ini juga tidak lepas dari dunia komersial, baik online maupun konvensional. Karena fenomena hijrah ini hampir membanjiri segala aspek kebutuhan perempuan, sehingga banyak bermunculan agen jual beli kerudung, baju kurung, baju-baju longgar, kaos kaki, handshock, dan segala perangkat yang sudah didesain secara syar’i atau islami. Sehingga ada sebagian perempuan yang berbondong-bondong mengganti penampilannya supaya tidak dikatakan ketinggalan zaman. Lalu bagaimana hijrah perempuan yang benar dan ideal? Jawabannya ada di hati masing-masing para perempuan. Karena hijrahnya perempuan saat ini ada pada niatnya. Untuk mengikuti kemajuan zaman saat ini agar tetap terkenal atau benar-benar tulus ingin lebih dekat dengan Allah SWT.
Allah SWT sudah menegaskan hal tersebut dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 218 bahwa “Sesungguhnya orang-orang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah SWT itu mereka mengharapkan rahmat Allah SWT, dan Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ini menjadi dalil bahwa jika berhijrah karena Allah SWT maka dengan izinNya akan mendapat ampunan dan rahmat dariNya.
Imam al-Qurthubi menjelaskan makna hijrah dengan berpindahnya dari suatu tempat ke tempat lain dan sengaja meninggalkan satu posisi menuju posisi kedua. Artinya, tempat dan posisi tersebut dapat berupa secara zahir maupun batin. Secara zahir seperti berpindah dari tempat yang tidak aman ke tempat yang lebih aman, berpindah dari negeri kufur ke negeri yang penuh iman dan syukur. Adapun secara lahir yaitu berpindahnya suatu pendirian, prinsip, persepsi dan sikap menuju lebih baik.
Setelah pembebasan Mekah, Rasulullah SAW bersabda bahwa tidak ada lagi hijrah setelah pembebasan kota Mekah ini. Artinya, sekarang yang ada adalah niat dan jihad melawan hawa nafsu. Kemudian Rasulullah SAW juga bersabda, yang merupakan potongan dari Hadis hakikat muslim dan muhajir pada Kitab Iman bahwa yang disebut Muhajir (orang yang berhijrah) adalah seseorang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT.
Ibnu Hajar al-‘Asqalani menjelaskan bahwa terdapat dua hijrah, pertama hijrah zahiriyah yaitu berpindah tempat menuju tempat yang aman untuk menghindari fitnah dan siksaan, kedua hijrah bathiniyah yang merupakan hijrahnya seseorang untuk meninggalkan segala bentuk hawa nafsu yang dapat menimbulkan kemarahan Allah SWT.
Kemudian, seperti apa gambaran para perempuan zaman Nabi SAW berhijrah? Rasulullah SAW berhijrah sebanyak tiga kali. Pertama ke Habasyah, karena menjauhi siksaan kaum Quraisy. Kedua, ke Tha’if, namun ditolak oleh penduduk Tha’if. Kemudian hijrah ke Madinah. Hijrah ke Madinah inilah pertama dihitungnya kalender hijriyah.
Beberapa perempuan tangguh yang dituliskan dalam sejarah dan berperan pada zaman hijrah Nabi SAW yaitu, Ruqayyah putri Nabi SAW. Beliau adalah perempuan pertama yang berangkat bersama Nabi SAW hijrah ke Habasyah. Asma’ binti Abi Bakr, putri sahabat terdekat Nabi SAW yang penuh cinta mempersiapkan bekal untuk Rasulullah SAW dan ayahnya berangkat hijrah ke Madinah. Ummu Salamah yang berangkat hijrah berdua saja dengan putranya ke Madinah. Kemudian kisah Nusaybah binti Ka’ab dan Ummu Mani’ yang keduanya merupakan dua perempuan yang ikut berbai’at bersama tujuh puluh laki-laki lainnya untuk membela Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
Tak lupa juga perjuangan Ummu Kultsum binti Uqbah yang berjuang menyusul Rasulullah SAW hijrah ke Madinah seorang diri. Kemudian sebab itu Allah SWT menurunkan wahyu surat al-Mumtahanah ayat 10. Bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi SAW untuk menguji perempuan yang berhijrah, apakah hijrahnya karena kecintaannya kepada dunia atau karena Allah SWT. Selain itu, kisah kesetiaan Ummu Aiman, pengasuh Nabi SAW sejak kecil. Beliau adalah perempuan tangguh yang setia menemani Nabi SAW berhijrah ke Habasyah dan Madinah. Beberapa kisah perempuan-perempuan hebat masa Nabi SAW tersebut memberikan kita keyakinan dan kemantapan bahwa hijrah apapun itu, baik zahir maupun batin keduanya adalah diniatkan karena kecintaan kita kepada Allah SWT, mengharap ampunan dan rahmatNya. Bukan hijrah untuk dipuji manusia ataupun hijrah supaya terkenal dan lebih trendi mengikuti perkembangan zaman.