Bagaimana seekor burung bisa berzikir? Kisah ini bermula dari seorang ulama kharismatik Indonesia bernama Abah Guru Sekumpul ketika ia hendak berburu burung.
Abah Guru Sekumpul adalah panggilan dari KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari, ulama asal Kalimatan Selatan yang dikenal memiliki karamah.
Suatu hari itu, Abah Guru Sekumpul berburu burung, ketika sampai di Padang Parang, sebuah daerah hutan dan beliau mendengar zikir “la ila Illallah” berkumandang.
Zikir itu kian kencang dan suara itu sepertinya bukan manusia. Benar kiranya, suara itu menyerupai suara burung, tapi suara itu berbunyi laiknya sebuah zikir.
Spontan beliau terus berjalan dan mencari asal-usul suara tersebut. Dia berjalan naik ke kampung Karang Tengah, sebuah hutan di desa tersebut, untuk mencari asal suara itu.
Ternyata zikir itu dari suara makam Tuan Guru Haji Abdullah Kotib. Burung-burung itu mengelilingi makam tersebut dan memanjatkan zikir memuji Allah SWT.
Dikisahkan dalam buku Kisah Abah Guru Sekumpul (2020) karya Alif Toha Putra, Abah Guru Sekumpul lantas langsung ziarah. Dikisahkan pula, beliau kerap melakukan ziarah di malam tersebut.
Pesan Abah Guru Sekumpul soal Karamah
Pada masa hidupnya, guru sekumpul berpesan tentang karamah.
Beliau mengatakan, jangan pernah berpikir atau niat unutk mendapatkan karamah dengan melakukan ibadah atau wirid-wiridan hanya untuk mencari karamah.
Oleh karena itu, karamah yang paling mulia dan tinggi nilainya adalah istikamah di jalan Allah.
“Jika seseorang mengaku-ngaku sendiri punya karamah, tapi salatnya berantakan, maka itu bukan karamah,” paparnya.
Jadi, menurut Abah Guru Sekumpul, karamah akan datang jika nilai istikamah seseorang di jalan Allah telah sempurna dan memenuhi syarat dengan sendirinya akan datang atas izin Allah.