Era medsos membuat hoaks dan fitnah tersebar semakin cepat. Walaupun sudah dikonfirmasi atau diklarifikasi, fitnah tersebut tetap saja tersebar. Ada beberapa cara yang bisa membuat kita terbebas dari fitnah dan tuduhan, yaitu dengan berdoa dan meminta pertolongan dari Allah SWT.
Seorang sahabat pada masa Rasul SAW pernah membaca sebuah shalawat yang membuatnya terbebas dari fitnah dan tuduhan. Berikut shalawatnya:
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ حَتَّى لَا تَبْقَى صَلاَةٌ، اَللّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ حَتَّى لَا تَبْقَى بَرَكَةٌ، اَللَّهُمَّ سَلِّمْ عَلى مُحَمَّدٍ حَتَّى لَا يَبْقَى سَلَامٌ، اَللَّهُمَّ وَارْحَمْ مُحَمَّدًا حَتَّى لَا تَبْقَى رَحْمَةٌ،
Allahumma shalli ʽala Muhammad hattaa la tabqa shalatan. Allahummah barik ʽala Muhammad hatta la tabqa barakatan. Allahumma sallim ʽala Muhammad hatta la yabqa salam. Allahumma warham Muhammadan hatta la tabqa raḥmatan’.
Artinya, “Ya Allah berikan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW (sebanyak-banyaknya) sampai tidak ada satu shalawat pun yang tersisa. Ya Allah, berikan keberkahan kepada Nabi Muhammad SAW (sebanyak-banyaknya) sampai tidak ada satu berkah pun yang tersisa. Ya Allah, berikan keselamatan kepada Nabi Muhammad SAW (sebanyak-banyaknya) sampai tidak ada satu keselamatan pun (milik-Mu) yang tersisa. Ya Allah, berikan rahmat kepada Nabi Muhammad SAW (sebanyak-banyaknya) sampai tidak ada satu rahmat pun yang tersisa.”
Shalawat ini bukan shalawat biasa. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahabat bernama Zaid ibn Tsābit ada sebuah kisah menarik, yaitu kisah seorang Badui yang dituduh mencuri unta. Namun walaupun dituduh mencuri unta. Sahabat Badui ini selamat karena sebelumnya ia membaca shalawat di atas. Hadis ini diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam al-Muʽjam al-Kabīr.
Zayd ibn Tsābit bercerita bahwa suatu pagi ia bersama para sahabat yang lain melakukan perjalanan bersama Rasulullah SAW. Sampailah mereka pada suatu perempatan jalan di sudut kota Madinah.
Zaid dan anggota rombongan saat itu melihat seorang laki-laki Badui memegang tali kekang untanya dan ia mengetahui keberadaan Rasul SAW.
Laki-laki Badui itu kemudian memberi salam kepada Rasul SAW: ‘Assalāmu ʽalaika ayyuha al-nabīy wa raḥmatullahi wa barakātuh.” (semoga keselamatan atasmu wahai Nabi dan senantiasa mendapatkan rahmat Allah serta keberkahan-Nya).
Rasul pun menjawab, “Bagaimana kabarmu pagi ini?” Kemudian datanglah seorang laki-laki, bernama al-Harasi. Al-Harasi kemudian mengadu kepada Rasul SAW, “Wahai Rasul, orang Badui ini mencuri unta.” Mendengar tuduhan al-Harasi tersebut, unta tersebut pun bersuara.
Rasul pun mencoba menangkan unta tersebut hingga ia berhenti bersuara. Ketika unta itu berhenti bersuara, Rasul pun menghadap kepada al-Harasi, kemudian Rasul berkata, “Pergilah dari orang Badui itu, sesungguhnya unta tersebut telah bersaksi bahwa engkau adalah seorang pembohong.”
Al-Harasi pun pergi. Rasul kemudian mendatangi orang Badui tersebut dan berkata, “Apa yang kamu ucapkan saat bertemu denganku tadi?” Orang Badui tersebut menjawab, “Wahai nabi, saat itu aku membaca shalawat ini, “Allahumma ṣalli ʽalā Muḥammad ḥattā la tabqā ṣalātan. Allāhummah bārik ʽalā Muḥammad ḥattā lā tabqā barakatan. Allāhumma sallim ʽalā Muḥammad ḥattā lā yabqā salām. Allāhumma warḥam Muḥammadan ḥattā lā tabqā raḥmatan’.”
Rasulullah SAW berkata, “Sesungguhnya Allah SWT telah menunjukkan kepadaku dan unta berbicara dengan pembelaannya, Dan sesungguhnya malaikat telah menyumbat kebohongan.” Tidak disangka-sangka, ternyata bacaan shalawat tersebut membuatnya terbebas dari fitnah.
Shalawat ini bisa kita amalkan dan istiqamahkan sehari-hari. Walaupun demikian, selain membaca shalawat ini, kita juga tetap diwajibkan untuk berikhtiar, menjauhi segala mara bahaya dan kejahatan.(AN)
Wallahu a’lam.