Sambut Grand Syekh Al-Azhar, Quraish Shihab Jelaskan Kondisi Keberagamaan Masyarakat Indonesia

Sambut Grand Syekh Al-Azhar, Quraish Shihab Jelaskan Kondisi Keberagamaan Masyarakat Indonesia

Penulis Tafsir Al-Mishbah ini juga menjelaskan bahwa sejarah Indonesia berkaitan erat dengan keberagamaan dan moderasi beragama.

Sambut Grand Syekh Al-Azhar, Quraish Shihab Jelaskan Kondisi Keberagamaan Masyarakat Indonesia
Grand Syekh Al-Azhar bersama Qurais Shihab dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (foto: Muslimelder)

Islami.co — Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. M. Quraish Shihab menyebutkan bahwa Indonesia memiliki kekhasan dan sejarah panjang moderasi beragama. Menurutnya, secara geografis Indonesia memiliki ragam perbedaan, dari mulai pulau, hingga bahasa daerah, namun masyarakat Indonesia tetap bersatu dengan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

“Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan ada 715 bahasa daerah. Namun kita punya bahasa yang menyatukan, yaitu bahasa Indonesia,” tutur Quraish Shihab saat memberikan semacam pengenalan atas kondisi keberagamaan di Indonesia dalam Orasi Ilmiah menyambut kehadiran Grand Syekh al-Azhar, Syekh Ahmed al-Thayyeb.

Penulis Tafsir Al-Mishbah ini juga menjelaskan bahwa sejarah Indonesia berkaitan erat dengan keberagamaan dan moderasi beragama. Alumni Al-Azhar ini kemudian bercerita proses hilangnya 7 kata dalam piagam Jakarta yang kini menjadi pancasila.

“Ketika para tokoh bangsa berkumpul dan menghasilkan sebuah kesepakatan, ada 7 kalimat “Ketuhanan, dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Poin ini, ada sebagian kelompok non-muslim yang tidak sepakat, tetapi kelompok muslim saat itu, ridha untuk membuang poin ini demi persatuan masyarakat Indonesia,” cerita Quraish Shihab.

Pendiri Pusat Studi Al-Quran ini juga menjelaskan kepada Grand Syekh Al-Azhar bahwa Indonesia memiliki sebuah semboyan yang menjadi ciri khas dari negara khatulistiwa ini, yaitu Bhina Tunggal Ika.

“Kami juga punya semboyan yang menjadi ciri khas negara ini, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Ketika berbeda pendapat, maka kita wajib kembali kepada kesatuan (ika), dan persatuan yang dimaksud adalah tauhid. Tauhid adalah titik berangkat dan titik tujuan,” ujar Quraish Shihab.

Quraish Shihab juga menyampaikan bahwa moderasi beragama perlu didukung dengan ilmu yang memadai. Oleh karena itu, beliau juga menekankan perlunya pendekatan ilmiah dalam mempraktikkan keberagamaan dan mempromosikan moderasi beragama.

“Moderasi beragama butuh ilmu pengetahuan (ilmu). Kita harus memahami 3 hal yang berbeda, al-diin (agama), ilm al-din (ilmu agama), al-tadayyun (keberagamaan). Agama sudah sempurna setelah turunnya ayat اليوم أكملت لكم دينكم,” ujarnya.

Beliau menambahkan, “Sedangkan ilmu agama selalu berlanjut dan berkembang.”

Sebagai penutup, Quraish Shihab menegaskan pentingnya pendidikan agama yang berkualitas untuk mendukung moderasi beragama di Indonesia. “Yang terakhir adalah keberagamaan, dan keberagamaan butuh ilmu. Kiblat kita minila al-Azhar,” tutupnya.

(AN)