Apakah Allah Sakit Hati Jika Rumah-Nya Dipolitisasi?

Apakah Allah Sakit Hati Jika Rumah-Nya Dipolitisasi?

Bayangkan saja, jika rumah Anda, yang semula damai, kemudian didatangi teman-teman anak Anda, kemudian mereka tawuran di halaman rumah? Tentu Anda sakit hati.

Apakah Allah Sakit Hati Jika Rumah-Nya Dipolitisasi?
Masjid digunakan sebagai aksi politik, bukan sekadar ibadah. Apalagi kampanye politik semata. Bolehkah? Photo by BBC

Allah Swt adalah suatu dzat yang tidak bisa kita bandingkan dengan apapun. Dia, tanpa tanding dan banding. Ya, dalam Islam sendiri, Allah Swt ‘dispesialkan’ dengan 99 nama keagungannya. Di antaranya yaitu Maha Penyayang dan Maha Pengampun. Namun, apakah mungkin jika Allah Swt juga ‘sakit hati’?

Rasulullah SAW diutus Allah Swt untuk menyampaikan Islam dengan baik, santun dan slogan rahmatan lil ‘alamin. Slogan praktis yang kerap dijadikan judul baliho bahkan ditulis besar dengan pilok di kain yang diacung-acungkan dan mengudara. Konsep rahmatan lil ‘alamin dan amar ma’ruf nahi munkar kini disalah alamatkan.

Seharusnya, menjadi rahmat bagi semesta alam tentu tidak pandang nasab, kekuasaan, waktu, tempat bahkan hanya sesaat, sekedar menarik simpati masyarakat. Sebut saja, sekedar mencari dukungan. Politisasi.

Sek, maju sebagai calon legislatif dalam perhelatan pesta demokrasi masih menjadi suatu yang dibenarkan, bukan? Tetapi, masalahnya adalah, jalan menuju orasi dan pawai politik yang kaffah, yang bagaimana?

Belum lama, teman saya mengabarkan, caleg A memberi sumbangan kepada masjid A sekian-sekian. Tidak kalah, caleg B juga memberi sumbangan kepada hadirin pengajian di masjid A, sekian-sekian.

Layaknya tradisi mayoritas, hal-hal yang bersifat membantu dan cari muka akan dilaksanakan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Apalagi, jika dia kalah, maka akan segera berhenti bantuan-bantuan yang semula mengalir. Hal-hal demikianlah yang kemudian menciderai makna rahmatan lil ‘alamin, juga menyalahi aturan penggunaan masjid dan tema pengajian.

Dulu, Rasul memang menggunakan masjid tidak hanya untuk shalat dan bermunajat kepada Allah Swt. Tetapi juga untuk mempersatuan umat, yang mengusung tema kedamaian dan kerukunan. Namun, jika kini masjid dan tempat pengajian dipolitisasi, jelas, masjid telah dialih fungsikan.

Belum lagi, perseteruan antar caleg yang tidak bisa dielakkan. Saling menjelekkan, hingga mengkafirkan, lawannya. Apakah pantas, jika kebencian diselenggarakan di rumah Allah Swt? Rumah untuk mendekatkan diri dengan Allah Swt?

Pembaca yang budiman tentu tahu seperti apa ‘perasaan’ Allah Swt. Bayangkan saja, jika rumah Anda, yang semula damai, kemudian didatangi teman-teman anak Anda, kemudian mereka tawuran di halaman rumah? Tentu Anda sakit hati. Kacau. Bahkan, bisa saja, mereka Anda hukum.

Lantas, bagaimana jika Allah Swt benar-benar ‘sakit hati’? Bisa jadi, kita harus keluar dari semua Kuasa Allah Swt. Wal yakhruj min takhti sama’i, potongan hadits qudsi, jika kita tidak lagi patuh dengan takdir, cobaan dan nikmat Allah Swt. (Arba’in Nawawi).

Syukurlah, Allah Swt tidak gampang baper. Allah Swt, ar-Rahman dan ar-Rahim, juga al-Ghafur. Meski demikian, Allah Swt tahu, siapa yang berbuat baik dengan hati, dan berbuat baik demi kursi. Heuheu.

Allah Swt juga berfirman dalam Q.S. Ar-Rahman ayat 31.

 سَنَفۡرُغُ لَكُمۡ أَيُّهَ ٱلثَّقَلَانِ ٣١

“Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin”

Jadi, saya sarankan kepada calon legislatif yang budiman, tolong, gunakan fasilitas dan wahana yang wajar. Jangan bawa-bawa Allah Swt perihal politisasi, dong. Toh, Allah Swt tidak peduli dengan jabatanmu. Jangankan jabatan, ibadah dan kebaikan-kebaikan ikhlasmu saja, Allah Swt tidak butuh kok.

Wallahua’lam.