Fudail bin Iyad adalah seorang sufi dan tokoh terkemuka dari generasi tabi’ut tabi’in. Sosoknya dikenal sebagai ahli ibadah. Masa hidupnya dihabiskan di dua kota suci yaitu Mekah dan Madinah. Hidupnya dipenuhi oleh cahaya ilmu dan kearifan. Fudail dikenal istiqomah dalam membela kebenaran. Dan salah satu kelebihannya yaitu hikmah hikmah selalu keluar melalui lisannya.
Diceritakan pada suatu hari Fudail bin Iyadh duduk sambil memangku anaknya yang berusia empat tahun. Wajahnya anaknya sangat ceria. Fudail sesekali memandang anaknya dengan tersenyum.
Anaknya dicium dan dipeluk dengan ungkapan rasa sayang yang amat dalam.
Tiba-tiba anaknya bertanya kepada Fudail,“Ayah, apakah kau mencintai aku?”
“Ya,” jawab Fudail dengan pandangan lemah lembutnya.
Ternyata pertanyaan anaknya tidak berhenti disitu. “Apakah kau mencintai Tuhan?” tanya sang anak.
Mendengar hal itu spontan Fudail menjawab,“Ya.”
“Berapa hati yang kau miliki, Ayah?” tanya anaknya kemudian.
“Jelas hanya ada satu,” jawab Fudail
Mendengar jawaban Fudail, sang anak kemudian melanjutkan pertanyaaanya, “Dapatkah kau mencintai dua hal dengan satu hati?”
Apa yang dikatakan oleh anaknya membuat Fudail terhenyak. Sufi ini menjadi tersadar apa yang dibicarakan bersama anaknya. Fudail merasa malu. Kemudian Fudail mulai memukuli kepalanya dan bertaubat kepada Allah. Sesaat setelah itu Fudail mempersembahkan hatinya hanya untuk Allah.