Anda gelisah sebab merasa hanya bisa berbuat amal kebaikan yang kecil? Jangan khawatir. Allah tidak hanya mencintai hambanya yang berbuat kebaikan yang besar seperti sedekah dalam jumlah besar, atau shalat ratusan rakaat. Tapi, juga mencintai hambanya yang berbuat amal kebaikan kecil. Asal konsisten dalam melakukannya.
Sedekah kepada anak yatim sejumlah 2.000 rupiah mungkin sebuah ibadah yang tampak kecil, bila dibanding orang yang bisa bersedekah sejumlah 100.000. Shalat jamaa’ah hanya di waktu dzuhur mungkin sebuah ibadah yang tampak kecil, bila dibanding orang yang bisa berjamaah lima waktu dalam sehari. Menyenangkan hati seorang muslim dengan menyuguhkan senyum mungkin ibadah yang tampak kecil, bila dibanding orang yang bisa membahagiakan orang lain dengan membawa oleh-oleh makanan. Tapi, sedekah 2.000 rupiah, sahalat jama’ah hanya di waktu dzuhur, dan menyenangkan hati orang lain hanya dengan senyum bisa menjadi amal yang paling dicintai oleh Allah. Bagaimana caranya?
Caranya adalah dengan menjalankannya secara konsisten. Sebab amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang secara konsisten dijalankan meski itu berupa amal yang sepele. Oleh karana itu, Nabi Muhammad SAW berpesan kepada umatnya untuk melakukan amal kebaikan sesuai kemampuan saja. Sebab amal kebaikan yang kecil bisa lebih dicintai oleh Allah daripada yang besar. Tidak perlu muluk-muluk melakukan kebaikan besar apabila di luar kemampuan. Apalagi bila hingga mentelatarkan kewajiban lain.
Nabi Muhammad bersabda dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « يَا أَيُّهَا النَّاسُ خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا ، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ
“Diriwayatkan dari ‘Aisyah –semoga Allah menridhainya- bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Wahai orang-orang, lakukanlah amal kebaikan yang mampu kalian lakukan. Sesungguhnya Allah tidaklah berpaling sampai kalian berpaling. Dan sesungguhnya amal yang dicintai oleh Allah adalah yang kontinyu meski kecil'”.
Hadis di atas tidaklah bermaksud untuk melarang amal kebaikan besar yang tidak konsisten. Tapi, menunjukkan agar jangan beribadah di luar kemampuan. Seperti karena ingin berhaji, berhutang banyak uang kepada banyak orang tanpa tahu apakah bisa mengembalikannya atau tidak. Atau, salat ratusan rakaat sehingga kaki kesakitan.
Selain itu, hadis di atas menunjukkan agar jangan menyepelekan amal kebaikan yang kecil. Sebab, bisa saja amal kebaikan yang kecil lebih dicintai oleh Allah daripada amal kebaikan yang besar. Asal, kebaikan kecil itu dilakukan secara konsisten.
Lalu bagaimana bisa Allah lebih mencintai amal kebaikan kecil yang kontinyu, daripada amal kebaikan besar yang tidak konsisten? Imam an-Nawawi, pensyarah Shahih Muslim menyatakan, sebab kebaikan kecil yang dilakukan terus-menerus berpotensi terus bertambah sehingga muncul berkali lipat melebihi amal kebaikan besar yang tidak konsisten.
Sedang menurut Imam Ibn al-Jauzi, orang yang melakukan amal kebaikan yang tidak konsisten ibarat berpaling dari amal kebaikan setelah menemuinya. Itu adalah sesuatu yang buruk. Seperti orang yang hafal satu ayat dari al-Qur’an kemudian lupa akannya. Meski sebelumnya, sebenarnya menghafal ayat tersebut bukan suatu kewajiban. Selain itu, orang yang senantiasa mengetuk pintu Allah tidaklah sama dengan orang yang hanya sekali mengetuk, kemudian pergi.
Walhasil, tak perlu berkecil hati bila sementara hanya bisa melakukan amal kebaikan yang kecil. Lakukanlah kebaikan itu secara konsisten. Dan secara bertahap perbesarlah. Maka yang semula kecil itu bisa menjadi yang lebih dicintai oleh Allah dari amal kebaikan besar yang belum bisa dilakukan.