Manusia selalu mencari sesuatu yang menjadikan hidupnya semakin tenang baik secara lahiriah maupun secara batin (urusan hati). Berbagai cara ia lakukan demi mendapatkan keinginannya. Salah satunya adalah dengan memakmurkan baitullah (masjid atau tempat ibadah)
Dalam hal ini, Abu Al-Lais as-Samarkandi dalam kitab Tanbih al-Ghafilin mengutip perkataan Hasan bin Ali yang pernah berpesan ada tiga golongan yang selalu dekat dengan Allah dan selalu mendapatkan perlindungan dari-Nya, yaitu:
Pertama, seseorang yang hendak pergi ke Masjid dengan tujuan mencari ridha-Nya, maka ia sebagai tamu Allah yang akan selalu dijaga sampai ia keluar dari tempat itu.
Kedua, seseorang yang mau mengunjungi saudaranya dengan ikhlas karena Allah, maka ia akan mendapatkan perlindungan dari-Nya sampai ia pulang ke rumah, karena ia termasuk orang yang menyambung tali silaturahmi.
Ketiga, orang yang haji atau umrah lillahi ta’ala, bukan untuk mencari gelar haji atau tujuan lain, maka orang ini diumpamakan sebagai tamu Allah, Ia akan selalu menjaganya bahkan akan menjanjikan surga untuknya.
Namun sayangnya banyak masjid yang seharusnya menjadi tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah, malah digunakan untuk hal-hal yang tak semestinya, misalnya untuk kepentingan yang berbau politik, atau untuk mendapatkan jabatan atau untuk kepentingan sesaat.
Dalam kitab Bayan Awal Li an-Nas yaum al-Qiyamah, Izzudin bin Abdussalam yang dikenal sebagai sultannya para ulama’ pernah mengingtkan kepada kita bahwa banyak orang yang ahli maksiat merasa dirinya sebagai orang yang ahli ketaatan, begitu juga banyak orang yang jauh dari Allah dengan tak melakukan perintahnya merasa dirinya dekat dengan Tuhannya. Maka dari itu, manusia harus menjaga dirinya dengan cara berupaya mendekatkan diri kepada Tuhannya dengan cara yang diridhai-Nya.