Ratu Jordania, Rania Al Abdullah, mengunjungi kamp pengungsian etnis Rohingya di Katupalang, Ukhia, Bangladesh (24/10). Dalam kunjungan tersebut, istri Raja Abdullah merasa begitu sedih dan geram terhap apa yang menimpa penduduk Rohingnya.
“Muslim Rohingya ditekan, disiksa dan diasingkan dengan cara yang direncanakan. Ini adalah contoh langka pembersihan etnis, “ujarnya kata ratu tersebut kepada wartawan sebagaimana dikutip dari the daily star.
Menurut dia, apa yang dialami warga Rohingnya sungguh sesuatu yang tidak terbayangkan dan begitu tidak manusiawi.
“Mari kita bertanya, kenapa kelompok minoritas muslim ini cenderung diabaikan? Ini sistematis, serta berlangsung begitu lama?” tambahnya.
Ratu yang saat ini berusia 47 tahun itu juga tampak sangat geram dengan Myanmar. Apalagi setelah ia ngobrol dengan para pengungsi. Banyak sekali pemerkosaan yang terjadi dilakukan oleh oknum tentara.
“Aku mendengar anak-anak kecil seperti bola: ditendang dan dinjak-injak. Juga bagaimana keluarga dibunuh. Kita tidak bisa menerima hal ini,” tutupnya.
Why is the plight of this Muslim minority group being ignored? Why has this systematic persecution been allowed to play out for so long? pic.twitter.com/VnquXIoDim
— Rania Al Abdullah (@QueenRania) October 23, 2017
Ratu Rania sendiri datang sebagai representasi dari anggota lembaga penyelamatan internasional (IRC) dan PBB. Ia pun memuji Bangladesh yang bersedia menjadi tempat pengugsian. Selain itu, ia juga mengunjungi pelbagai tempat yang dibuat pengungsian, termasuk sekolah yang dialihfungsikan sebagai tempat tinggal bagi para penduduk yang baru tiba di kamp.