Kematian merupakan teka-teki kehidupan yang dirahasiakan oleh Allah. Tujuannya supaya manusia konsisten dalam beramal dan menjaga diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang. Banyak orang merasa amal kebaikan sudah banyak sehingga ia menjadi malas-malasan dan yang dikhawatirkan adalah kebiasaan ini sampai datangnya ajal, ia tak menyadari hancurnya amal karena memiliki rasa ujub atau bangga terhadap amal kebaikan. Begitu juga banyak ahli maksiat bahkan seorang penjahat di akhir-akhir hayatnya ia bertaubat menyesali perbuatannya, sehingga diamendapat kenikmatan dan kemuliaan.
Abu Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin pernah menjelaskan bahwa orang yang paling rugi adalah orang yang tercatat kebaikannya dan berstatus muslim tetapi di akhirat dimasukkan golongan orang yang ingkar (kafir). Maka tak terlalu rugi orang yang keluar dari tempat ibadah non muslim, tetapi yang merugi adalah orang yang sering keluar masuk masjid kemudian dilemparkan ke neraka. Lebih lanjut abu al-Lais as-Samarkandi menjelaskan,
ﻭﺫﻟﻚ ﻛﻠﻪ ﺑﺴﺒﺐ ﺃﻋﻤﺎﻟﻪ اﻟﺨﺒﻴﺜﺔ، ﻭاﺭﺗﻜﺎﺑﻪ اﻟﻤﺤﺮﻣﺎﺕ ﻓﻲ اﻟﺴﺮاﺋﺮ
“Hal ini terjadi disebabkan amal kejelekan atau melakukan hal-hal terlarang yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi yang tak diketahui orang lain.”
Banyak orang yang terlalu mementingkan urusan ibadah, tapi melupakan urusan sosial, shalat rajin tapi tak rukun sama tetangga, Haji berkali-kali tapi sering berbohong kepada orang lain. Maka dari itu, jangan menilai orang lain dari luarnya saja serta jangan merasa bangga dengan amal kebaikan karena akan merugikan diri sendiri, tapi selalu evaluasi agar hidup semakin asri.