KH Ahmad Bahaudin atau biasa disapa Gus Baha memaparkan bagaimana pentingnya bagi seorang mukmin untuk berpikir. Bahkan, dalam sebuah analogi ternyata, seorang yang gemar berpikir dijelaskn bisa jadi lebih mulia daripada sekadar ibadah. Bahkam, beliau menjelaskan, perbandigannya bisa dengan ibadah 60 tahun, bagaimana bisa terjadi?
Bagi manusia, tentu saja, 60 tahun tentunya waktu umur rata-rata manusia.
Gus Baha lantas menjelaskan terkait umur ini, dengan berkelakar, jika umur rata-rata 60 tahun, maka cukup berpikir sesaat dengan benar selama dua kali sudah ratusan tahun ibadah.
“Jadi, kalau kamu berpikir sesaat, dua kali, sudah seperti ibadah 120 tahun. Itu umurmu pasti ada kembaliannya. Umur kalian berapa sih rata-rata? Paling 60-an tahu, bisa kurang atau lebih,” kata beliau di akun resmi Santri Gayeng.
Umur segitu, gurau Gus Baha, belum tentu juga kita sampai di umur segitu. Bisa jadi sebaliknya atau bahkan tidak.
Orang berpikir sesaat dan mendalam ini, kata beliau, terkait dengan banyak hal tentang kehidupan. Bisa jadi berpikir tentang hal biasa, bahkan bisa dari hal-hal kecil tentang kehebatan dari Allah.
Kata Gus Baha soal Ahli Ibadah, Orang Berpikir dan Egoisme
Pengasuh Pesantren Tahfidz LP3IA Rembang itu lantas menjelaskan, terkadang para ahli ibadah ini ada sisi egoisme. Yakni biar lekas mati dan masuk surga.
“Nah ini, ya tidak apa-apa. Orang ibadah itu, ya tetap saleh. Bagaimanapun masuk surg aitu bukti kesalehan. Tapi, tetap tidak bisa dibandingkan dengan orang yang berpikir dengan serius dan mendalam, misalnya, ia berpikir tentang mengabdi pada Islam, pada umat dan kehidupan,” kata beliau.
Makanya, beliau mengutip Ibnu Hajar Al-Asqolani ketika menjelaskan ini, orang alim (berpikir) sesaat itu lebih baik dari seorang abid (ahli ibadah) meskipun ibadahnya dilakukan selama 60 tahun lamanya.
“Misalnya, kalau melihat anak kecil berlarian di kampung, orang alim berpikir, cara mereka agar tahu soal bersuci (thaharah), akhirnya bikin pengajian, mushola atau madrasah,” kata Gus Baha.
Sedangkan ahli ibadah atau orang yang tidak berpikir itu tapi gemar ibadah saja, lanjutnya, ia akan memikirkan untuk keselehan atau kebaikan sendiri saja.
Inilah yang disebut Gus Baha terkadang orang ibadah terjebak egoisme diri sendiri. Terkadang, hal ini tidak lebih baik daripada seorang mukmin yang gemar berpikir untuk kemaslahatan kehidupan tanpa meninggalkan sisi ibadah untuk dirinya.