JAKARTA, ISLAMI.CO – Salah satu ulama tanah Betawi, Kyai Ahmad Marzuki Mirshod (1877-1934 M) berhasil mendirikan pondok pesantren yang berdekatan dengan tangsi militer tentara Belanda di bilangan Batavia kala itu. Kisah itu jadi bukti bagaimana perjuangan ulama melawan kolonialisme.
“Pondok pesantren Muara, adanya di dekat tangsi militer Belanda. Jadi kalau Belanda lagi upacara, terompet, terus berbaris kedengeran tuh. Kok bisa Kyai Marzuki Mirshod mendirikan pesantren?” ucap Kyai Zailani Kiki saat mengisi seminar nasional “Politik Kebangsaan Ulama Nusantara: Berguru Pada Sinergitas Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari dan Habib Ali Kwitang di teater 4 Ushuluddin UIN Jakarta pada Jum’at (1/11/2024).
Padahal zaman itu adalah zaman penjajahan, zaman sulit untuk mencari tempat aman dan nyaman untuk belajar apalagi mendirikan pondok pesantren. Saat di mana guru ulama dan habaib ditangkap oleh militer Belanda.
“Saat itu, dengan jumlah santri 200 orang, untuk ukuran saat itu. Ketika pesantren dicurigai kyai ditangkap, santri diawasi. Dan itu jumlah yang sangat besar,” kata kyai Kiki melanjutkan.
Kyai Kiki menjelaskan, sebenarnya ada dua tokoh yang membackup Kyai Marzuki Mirshod saat mendirikan pesantren, yakni Sayyid Usman bin Muhammad Banahsan dan Habib Usman bin Yahya. Dua tokoh itulah, yang menjamin pendirian pondok pesantren dari kyai Marzuki Mirshod dari militer Belanda.
SeNada dengan itu, Kyai kiki pun menjelaskan, semangat kebangsaan para habaib dan ulama Betawi saat itu, tampak ketika sudah melokal dengan nama daerah tempat tinggalnya.
“Mereka sudah melokal itu, Habib Ali Kwitang, kan gak ada marganya itu, Habib Bungur, Habib Kuncung, Habib Pasar Minggu dan seterusnya. Eh sekarang kok jadi Arab lagi, ini kesalahan. Harus hilang tuh nama Arab-arabnya,” ketus Kyai Kiki.
Kyai kiki juga menjelaskan, masyarakat Betawi sangat selektif dalam memilih guru. Pandangan masyarakat Betawi waktu itu, sekalipun itu Ulama atau Habib tidak berilmu pasti tidak akan dijadikan guru.
“Kalau ulama habib ini gak pinter yang tinggalin, jadi kalau kalau habib bodoh gak berilmu gak dipake tuh bagi orang Betawi. Nah yang pintar-pintar ini dijadikan guru,”
*Murid-murid Kyai Marzuki Mirshod*
Setidaknya ada enam guru dari para ulama Betawi direntangan abad 19 hingga pertengahan abad 20, salah satunya adalah Kyai Marzuki Mirshod.
Guru Marzuki, sapaan akrab kyai Marzuki Mirshod sendiri berhasil mengkader santrinya hingga menjadi ulama dan pahlawan perang Indonesia. Misalnya, terdapat KH Noer Ali Bekasi 1913-19992, KH Abdullah Syafi’i Matraman 1910-1985, KH Tohir Rohili Bukit Duri 1920-1999 dan lain-lain.
Sementara Guru Marzuki belajar mengaji saat di Mekkah terbilang sangatlah banyak, ada nama-nama ulama seperti Syekh Marzuki al-Bantani, Syekh Umar Sumbawa, Syekh Umar Syatha, dan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dll.
Di samping berdakwah, Guru Marzuki juga peduli terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia. Ini tampak ketika Guru Marzuki turut serta mengambil kontribusi dalam menegakkan NU yang masih usia dini tersebut di tanah Betawi.