Usai Indonesia U-23 dipastikan gagal ke Olimpiade Paris 2024 pada Kamis malam kemari, saya langsung mematikan ponsel dan tidur. Meski kecewa, saya tetap tersenyum dan bangga tim nasional kita sampai pada titik ini: semifinal Piala Asia U-23 dan timnas jadi salah satu yang terbaik di Asia.
Perasaan gembira pada hari muncul dan mendadak jadi amarah ketika melihat ulah sebagian suporter kita yang bebal di dunia maya. Betapa tidak, keindahan sepak bola kita harus tercederai dengan tindakan rasisme di dunia maya.
Tak tanggung-tanggung, sejumlah netizen malah menunjukkan sikap rasis langsung ke timnas Guinea. Hingga membuat pihak federasi Guinea membuat pernyaatan untuk menolak rasisme masuk ke kita.
Bayangkan kalimat-kalimat begini muncul dari negeri yang konon ramah ini: Pant*at… M*ony***t *** *ireng *F
Pertanyaannya, apakah itu pantas dilontarkan oleh kita, sesama manusia? Apa suporter kita tidak belajar dan memang kita tidak layak untuk mencinti sepak bola.
Rasisme, Bikin Sepak Bola Kita Mundur Jutaan Tahun
Rasisme, Anda tahu, membuat kita menjadi mundur dalam peradabdan. ketika pengetahuan sudah membuat manusia lebih maju. Rasisme adalah akar diskriminasi, ketika otak kita merasa lebih tinggi dari kelompok lain hanya karena perbedaan warna kulit.
Dalam sepak bola, rasisme adalah musuh paling nyata dan paling benci. Tentu saja masih terang benderang dalam ingatan ketika ‘kick out racism of football’ jadi tagline bersama sepak bola dunia untuk berdiri bersama mereka terdiskriminasi.
Coba saja bayangkan, ketika pemain kita bermain di negeri orang, lalu pemain timnas kita diteriaki hanya karena kita dari Asia.
Rasisme di sepak bola yang sudah mulai ditinggalkan, dihidupkan lagi oleh para netizen culas yang mengaku sebagai suporter timnas Indonesia. Hal ini membuat sepak bola di titik tidak akan maju.
Pantas saja, Tragedi Kanjuruhan yang hilangkan 135++ suporter kita seperti menguap begitu saja. Padahal, daripada bersikap rasis, mending kritisi federasi agar lebih perhatikan Kanjuruhan atau dorong biar
Kita Harus Minta Maaf, Bukan Sekadar PSSI
Efek dari sikep netizen rasis itu, federasi Indonesia (PSSI) melalui akun media sosial Instagram pada Jumat (10/4) meminta maaaf dan menyesali tindakan suporter yang melakukan serangan rasis usai Timnas Indonesia U-23 dikalahkan Guinea.
“Kepada teman kami, @feguifootofficiel dan tim sepak bola nasional Guinea. Selamat, Guinea! Kami mengirimkan dukungan kami untuk perjalanan Anda di Olimpiade Paris 2024.”
“Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dan Timnas Sepak Bola Indonesia, kami sepenuhnya menghormati keberagaman dan merangkul semua budaya dengan pikiran terbuka. Sebagai sebuah bangsa, kita selalu menentang rasisme dan ujaran kebencian dengan segala cara,” tulis PSSI.
“Mari bersama-sama kita junjung sportivitas dan menyatakan bahwa kita melawan isu SARA dan Rasisme di Sepakbola. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjunjung tinggi Keberagaman dan Sportivitas.”
Bagi saya, yang harus minta maaf bukan PSSI, tapi kita, suporter Indonesia.