Beberapa pekan lalu, saya menyampaikan tentang proses ionisasi mengajarkan kita sedekah. Ionisasi berarti merelakan sebagian elektron untuk dilepas atau diterima agak atom lebih stabil. Bisa jadi saat kita meniru proses ionisasi dengan melepas sebagian harta untuk disedekahkan, zakat, dan melunasi pajak, secara ruhani mengarahkan kita menjadi manusia yang lebih baik, stabil, dan tenang.
Kali ini, terdapat sebuah hadits lagi yang semakin mempertegas posisi sedekah dalam kehidupan kita bukanlah hal sepele. Sedekah ini penting, bahkan penting banget, seperti ini haditsnya:
Sa’d bin Ubadah meriwayatkan: Aku berkata, “Ya Rasulullah, ibuku telah meninggal. Haruskah aku bersedekah atas namanya?” Nabi Muhammad berkata, “Ya.” Lalu aku bertanya,”Amal apakah yang terbaik?” Nabi menjawab, “Bersedekah dengan air minum.” (Sunan an Nasa’i 3664)
Hadits di atas dengan jelas menyampaikan tentang sedekah, lebih-lebih sedekah yang tergolong amal jariah. Saat orang tua meninggal, kita dianjurkan untuk bersedekah atas nama beliau. Dan jenis sedekah yang terbaik adalah bersedekah air minum.
Secara pribadi saya tertarik pada jawaban Nabi Muhammad atas pertanyaan sedekah terbaik, kenapa jawabannya adalah air minum? Bukankah air minum adalah jenis makanan-minuman yang sederhana, kenapa tidak makanan-minuman yang lebih kompleks, misalnya sedekah terbaik adalah nasi padang, nasi bebek madura, atau es dawet ayu. Kenapa sesederhana air minum?
Kayaknya hal ini karena air minum, meskipun tergolong makanan-minuman sederhana, tetapi kategorinya adalah yang terbaik dalam jajaran jenis air di dunia. Jadi, kelihatannya memang sederhana, tetapi sebenarnya kita juga memberi yang terbaik.
Di dunia ini kita mengenal beberapa klasifikasi air, mulai dari air suci mensucikan, air suci tidak mensucikan, dan musyammas. Tapi di sini saya tidak ingin menggunakan klasifikasi air yang itu. Yang ingin saya gunakan adalah klasifikasi air versi baku mutu buatan pemerintah, biar nuansanya negara terlibat, he.
Jadi, jenis air itu ada 4. Pertama adalah air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. Kedua adalah air yang dapat digunakan untuk minum tapi harus diolah dulu.
Ketiga adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan, dan terakhir adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Air yang dapat diminum adalah air terbaik, dan karena terbaik, berarti lebih universal atau bisa digunakan untuk siapa saja. Air minum kalau mau dibuat wudhu? Bisa. Mau dipakai buat mandi? Juga bisa. Mau dipakai buat nyiram tanaman? Tentu bisa. Mau dibuat nyuci piring, baju, sampai kenanganmu? Ya tentu bisa dong! Jadi air jenis ini adalah paling universal dan bisa digunakan siapa saja. Kalau bahasa kerennya, air jenis pertama adalah air paling inklusif.
Nah, karena air jenis ini paling inklusif, dia punya syarat yang ketat dan tentu kualitasnya harus paling baik. Beberapa parameter yang biasanya digunakan untuk mengatakan air baik atau tidak antara lain pH, suhu, kekeruhan, BOD, COD, DO, kandungan logam, dan lain-lain.
pH menyatakan jumlah ion H+ dalam air atau umum kita kenal dengan tingkat keasaman. Air terbaik adalah yang memiliki pH moderat, yakni dari 6 sampai 8 dalam skala 0 sampai 14, di luar itu tidak baik karena tidak ramah bakteri. Suhu menyatakan energi termal yang terkandung dalam air. Kekeruhan menunjukan jumlah padatan yang terlarut dalam air, jadi kalau padatan yang terlarut dalam air tinggi, itu namanya butek.
BOD adalah jumlah konsumsi oksigen yang dibutuhkan mikroba untuk mengurai polutan. Semakin tinggi nilai BOD, semakin banyak bakteri butuh oksigen untuk “bernafas dan bekerja”, berarti semakin banyak polutan dalam air. COD adalah mirip dengan BOD, tinggal B untuk Biology diganti C untuk Chemistry, jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam mengoksidasi dan mengurai polutan dalam air oleh molekul kimia.
DO menyatakan kandungan oksigen dalam air, oksigen yang terlalu sedikit dalam air menandakan jeleknya air, makannya kolam ikan perlu dialiri oksigen biar ikannya tetap hidup, dan kandungan logam, ya menyatakan seberapa banyak logam terlarut dalam air. Jumlah logam semakin banyak umumnya menyebabkan kualitas air turun, bahkan beracun.
Sehingga kalau di sekitar rumah kita menemukan air dengan kualitasnya yang biasa-biasa saja, kita perlu mengolah agar bisa diminum, seperti dimasak sampai mendidih lalu dimasukkan ke kendi. Nah, kalau kita ketemu air di lingkungan yang bisa langsung diminum, ya itu berkah, zaman kayak sekarang masih bisa menemukan air inklusif langsung dari lingkungan, jadi tugasnya ya menjaga agar air tetap baik.
Selain air minum memiliki syarat-syarat kimia dan fisika khusus, air minum juga mengisyaratkan kehidupan. Seperti yang saya bicarakan minggu lalu, bahwa saat air ditahan dan tidak dialirkan, sejatinya kita sedang memutus sebuah generasi untuk tumbuh dan berkembang. Generasi di sini tidak hanya manusia, tetapi termasuk hewan dan tumbuhan. Jadi semakin yakin kenapa air minum adalah yang terbaik, bukan hanya soal lolos kualifikasi dan menjadi terbaik, tapi ia adalah kehidupan.
Lebih lebar, sedekah air bisa dalam bentuk memastikan tersedianya air untuk generasi yang akan datang. Kalau saat ini kita bisa minum air dengan “agak” mudah, kita perlu memastikan penerus-penerus kita di masa depan juga dapat merasakan hal yang kurang lebih sama.
Sehingga, merawat dan menjaga kondisi air adalah sebagian usaha dalam sedekah air untuk kehidupan masa depan. Tapi itu usaha jangka panjang, yang lebih sederhana dan bisa dilakukan saat ini adalah memberikan air minum saat kondangan.
Sehingga saat kita kondangan dan yang punya hajat menyuguhkan air minum, tidak ada kata lain selain Alhamdulillah yang harus terucap, bahwa yang disajikan adalah sudah sebaik-baik suguhan. Karena si pemilik rumah sudah menyuguhkan air yang parameter pH, suhu, kekeruhan, BOD, COD, DO, dan kandungan logamnya aman. Urusan nanti ada soto atau rawon yang keluar adalah bonus saat kondangan, tapi ya masa gak ada. Itu.