Air adalah media terjadinya reaksi. Tanpa air, reaksi-reaksi yang ada di dunia ini akan sulit tercapai. Dalam tubuh kita juga terdapat air sebanyak kurang lebih 70 persen dan dari 70 persen air, reaksi dan metabolisme dalam tubuh terjadi.
Reaksi kimia lebih banyak terjadi di air, tidak di padatan ataupun gas. Tidak di padatan karena reaksi di padatan umumnya sulit tercapai karena gerakan molekul terbatas, sehingga membutuhkan tambahan energi dan tekanan yang besar, dan tidak di fasa gas karena ruang gerak molekul dalam fasa gas terlalu lebar.
Sebelum ke mana-mana, saya perlu awali dulu dengan letak penting air untuk kehidupan, biar gak jauh-jauh dulu ngomongin skala laboratorium.
Air di kehidupan sehari-hari kita gunakan untuk mencukupi kebutuhan biologis seperti minum dan makan, air juga digunakan untuk membersihkan tubuh, pakaian, dan lingkungan. Selain itu, air juga penting untuk membuat dunia tetap lestari seperti menyiram tanaman dan memberi minum hewan ternak. Dalam skala lebih besar, air juga dapat menentukan suhu global kita.
Dalam Islam, air menempati porsi yang sangat penting, bagaimana tidak, air sudah dibahas bahkan saat baru masuk madrasah keislaman tingkat pertama.
Salah satu hal paling pertama yang kita pelajari dalam islam adalah perihal thaharah atau bersuci. Dan dalam bab bersuci dijelaskan seluk beluk air, jenis, dan peruntukannya. Kita bersuci via wudhu atau mandi besar pilihan utamanya adalah menggunakan air, bahwa nanti ketika air tidak ada baru kita boleh mengganti dengan metode-metode lain.
Islam juga mengklasifikasi jenis-jenis air, seperti air yang suci mensucikan, suci tidak mensucikan, dan lain sebagainya. Ini memang pertanda bahwa air adalah sesuatu yang begitu penting untuk kehidupan kita sebagai umat islam.
Karena itu, sudah sewajarnya kita harus menggunakan air dengan bijaksana seperti tidak berlebihan, pun meskipun digunakan untuk wudhu. Seperti hadits yang dihimpun Ibnu Majah berikut ini:
Abdullah bin Amr meriwayatkan: Rasulullah Muhammad SAW. Melewati Sa’ad ketika dia melakukan wudhu. Nabi lalu berkata, “Pemborosan apa ini?” Sa’ad berkata, “Apakah ada pemborosan dengan air dalam hal berwudhu?” Nabi menjawab, “Ya, bahkan jika engkau berwudhu di sungai yang mengalir.” (Sunan ibnu Majah 425)
Wudhu adalah proses yang baik, sementara berlebihan adalah sesuatu yang tidak baik. Memang sudah selayaknya bahwa hal yang baik perlu dibarengi dengan hal yang baik juga seperti pola hidup cukup.
Kalau ditinjau secara makro dari apa yang secara eksplisit disampaikan hadits ini adalah bahwa kita perlu menjaga kapasitas air dunia dan memastikannya bahwa setiap orang di dunia, baik di masa sekarang dan masa yang akan datang, tetap dapat menggunakan dan memanfaatkan air.
Dalam diskursus melestarikan lingkungan, baik yang secara general dibicarakan manusia seperti konsep hidup ramah lingkungan, meminimalkan limbah plastik, konversi bahan bakar tidak terbarukan ke yang terbarukan. Ataupun diskursus yang lebih spesifik seperti bagaimana seorang kimiawan menjaga lingkungan, titik kritisnya saya kira sama, yakni memastikan bahwa apa yang kita nikmati saat ini supaya tetap dapat dinikmati penerus-penerus kita di masa depan.
Lebih dari itu, kenapa kita perlu untuk berhemat air juga karena air yang dapat dikonsumsi manusia sebenarnya terbatas. Kita tahu bahwa manusia mengambil air untuk kebutuhan minum bukan dari laut, karena di sana terlalu banyak kandungan garam serta mineral lain, sehingga perlu diolah terlebih dahulu jika ingin dikonsumsi.
Umumnya kita mengambil air permukaan dari sungai atau air tanah. Sementara kita juga tahu bahwa kualitas sungai di beberapa daerah dalam waktu yang bersamaan menurun. Semisal saja sungai bengawan solo yang konon sudah banyak tercemar mikroplastik sampai adanya penemuan residu kegiatan manusia di perut ikan.
Sehingga semakin relevan ketika kita memang tidak dianjurkan untuk berlebihan pada air bahkan untuk berwudhu.
Dalam jangka panjang setidaknya kita bisa melakukan 2 hal agar kebutuhan kita pada air tetap bisa terpenuhi, yakni tidak berlebihan dalam menggunakan air dan menjaga kondisi air agar tetap layak digunakan.
Lebih jauh, kita dapat membayangkan apabila 70 persen kebutuhan air dalam tubuh tidak terpenuhi karena jumlah air bersih yang masuk ke tubuh berkurang, kita akan menerima bencana ketidak seimbangan metabolisme yang dahsyat Ļdan membuat sistem tubuh kita pincang karena banyak reaksi dalam tubuh yang kehilangan mediumnya.
seperti yang sudah saya kemukakan di muka, reaksi kimia umumnya terjadi dalam medium air. Ironinya, air yang telah digunakan untuk mereaksikan zat kimia tidak dapat digunakan kembali. Hal ini dikarenakan telah terlarutnya zat kimia dalam air, sehingga kalau toh kita berusaha untuk menggunakan kembali air itu, perlu dilakukan sebuah usaha pemisahan air dengan zat kimia dengan cara paling sederhana yakni destilasi.
Senada dengan dawuh Nabi Muhammad, Anastas dan Warner pada 1998 di Swiss mengusulkan 12 prinsip yang perlu diterapkan kimiawan agar kehidupan kita berkelanjutan. Dua diantara yang paling cocok dengan gaya hidup secukupnya, lebih-lebih saat berbicara soal penggunaan air adalah prinsip tentang sedikit saja menggunakan bahan kimia dan menemukan pelarut baru untuk reaksi kimia.
Penggunaan bahan yang sedikit agaknya saat ini sudah jamak kita temui saat membaca laporan akademis berupa jurnal, yang mana banyak diantara laporan itu yang satuan volume sudah menggunakan mili bahkan mikroliter, tidak lagi liter. Sementara usaha untuk mengganti pelarut air diusahakan dengan menggunakan CO2 superkritis sebagai pelarut.
Penggunaan CO2 superkritis ini menarik, karena atmosfer kita memang sudah kelebihan pada zat kimia itu, sehingga apabila ia dapat dikonversi dan digunakan sebagai pelarut, setidaknya sudah ada 2 hal buruk yang dapat diselesaikan.
Sehingga pada akhirnya kita memang perlu merenungkan hadits jangan berlebihan air ini dan menerapkan dalam banyak aspek kehidupan kita, baik kehidupan di laboratorium atau juga kehidupan sehari-hari. Kita juga perlu secukupnya, termasuk dalam mencintai sesuatu, misalnya suka liverpool. Tidak perlulah berlebihan apalagi sampai membenci Manchester United.
Kita perlu sadar bahwa Nabi Muhammad tidak menyukai sesuatu yang berlebihan, meskipun itu menggunakan air untuk wudhu atau kegiatan di laboratorium, apalagi sekedar liverpool.