Alkisah, ada seorang laki-laki yang mempunyai seorang budak. Budak tersebut mempunyai nama Luqman al-Habsyi. Suatu hari, Luqman al-Habsyi dibawa oleh majikannya ke pasar untuk dijual. Ketika datang seorang pembeli yang ingin membelinya, pembeli tersebut pun ditanya oleh budak tersebut, “Apa yang ingin kamu lakukan kepada diriku?”
Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam kitabnya at-Tawwabin, si pembeli pun menjawab, “Anda akan aku suruh begini dan begini.” Mendengar perkataan orang yang mau membelinya, dia pun langsung berkata, “Kumohon Anda jangan membeliku.”
Tak lama setelah itu, datanglah pembeli lain. Si budak pun kembali bertanya, “Apa yang hendak Anda lakukan kepada diriku?” Si pembeli kemudian menjawab, “Akan aku jadikan engkau sebagai penjaga rumahku.”
Mendapat jawaban seperti itu, budak tersebut pun berkata, “Kalau begitu, belilah aku.”Laki-laki itu kemudian membeli budak bernama Luqman al-Habsyi dan membawanya pulang ke rumah.
Majikan baru budak Habsyi ini ternyata mempunyai tiga orang anak perempuan. Namun, ketiga-tiganya menjadi pelacur yang mana pelanggannya adalah orang-orang di desa tersebut.
Suatu ketika si majikan ingin pergi untuk menengok kebunnya. Dia pun berpesan kepada budaknya, “Sesungguhnya aku telah menyiapkan makanan dan apa saja yang mereka butuhkan. Setelah aku pergi, kuncilah pintu dan duduklah berjaga di belakangnya. Jangan engkau buka sampai aku datang.”
Setelah sang majikan pergi, putri-putrinya itu pun berteriak kepada budak yang menjaga mereka, “Bukakan pintunya!”
Namun budak yang menjaga mereka tidak mempedulikannya. Mereka pun merasa gemas dengan perbuatan budak tersebut. Mereka kemudian keluar dari kamar dan melukai budak tersebut hingga badannya penuh dengan darah.
Setelah membersihkan darah yang ada di badannya, budak itu pun kembali duduk untuk berjaga. Ketika tuannya pulang, ternyata dia tidak menceritakan perbuatan yang dilakukan oleh para putri manjikannya tersebut.
Di kemudian hari, majikannya kembali ingin pergi. Si majikan pun berpesan kapadanya, “Aku telah menyiapkan makanan dan semua kebutuhan mereka. Oleh karena itu jangan sekali-kali membuka pintu.”
Pada saat sang ayah telah pergi, tiga putri majikannya itu pun keluar dari kamarnya dan berkata kepada penjaga, “Buka pintunya!”
Si penjaga pun tetap tidak membukakan pintu untuk mereka. Dia tetap memegang amanah dari majikannya, yaitu tidak membukakan pintu untuk para putrinya. Sebab, kalau dibukakan, mereka akan menemui para pelanggannya.
Para putri majikannya itu pun semakin kesal. Mereka pun kembali melukai budak tersebut. Namun, saat majikannya datang dari berpergian, si budak pun tetap merahasiakan perlakuan ketiga putri majikannya tersebut.
Melihat perilaku budak tersebut, putri sulung dari si majikan pun luluh hatinya. Dia kemudian berkata, “Mengapa budak Habsyi ini lebih mengutamakan taat kepada Allah swt ketimbang aku? Demi Allah, sungguh aku akan bertobat.” Tak lama kemudian, putri bungsu dari si majikan juga ikut bertobat. Hingga akhirnya putri yang pertengahan berkata, “Mengapa kedua saudariku dan budak Habsyi ini lebih taat kepada Allah daripada aku? Demi allah aku akan bertobat!” Akhirnya, ketiga putri majikannya itu pun bertobat semua dari pekerjaannya sebagai seorang pelacur.
Para pelanggannya yang melihat hal tersebut kemudian berkata, “Mengapa budak Habsyi dan ketiga putri si Fulan lebih taat kepada Allah?”
Ternyata, pertaubatan tersebut juga diikuti oleh para pelanggan yang sering menggunakan jasa-jasa mereka. Mereka yang asalnya sering melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah swt berubah menjadi orang-orang yang ahli ibadah di desa tersebut.
Keimanan dan keteguhan seorang budak penjaga rumah yang teguh dalam menjalankan amanah majikannya dan perintah agama, ternyata berpengaruh besar terhadap orang yang ada di sekelilingnya.
Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa, perbuatan buruk yang sering dilakukan orang kepada kita, jika kita balas dengan sebuah kebaikan suatu saat bisa menyadarkan dan meluluhkan hati mereka. Sehingga yang asalnya benci, bisa saja akan berubah menjadi baik kepada kita. Karena bertahan dalam ketaatan kepada Allah swt, terkadang bisa menjadi jalan bagi orang lain menemukan Allah swt.