Quraish Shihab menulis satu buku khusus tentang Khilafah, yang menjelaskan secara rinci makna dan asal kata Khilafah dalam Al-Quran. Buku ini perlu dibaca bagi setiap orang yang masih mengira bahwa Khilafah harus berkaitan erat dengan sistem pemerintahan.
Wahai manusia!
Bacalah huruf-huruf dirimu.
Cermin menguraikan huruf-huruf yang terdapat padanya.
Apakah engkau mengira dirimu sosok yang kecil.
Padahal dalam dirimu terhimpun alam yang luas.
Engkau adalah kitab yang dengan huruf-hurufnya.
Menjadi jelas apa yang tersembunyi.
Penyakitmu bersumber darimu tapi tak engkau sadari.
Sedang obatnya ada padamu tapi engkau tak lihat.
Begitulah kata-kata hikmah yang dinisbahkan kepada Sayyidina Ali karrama Allahu wajhah. Orang bijak juga berkata; “Wahai manusia. Engkau adalah alam yang besar, luas dan dalam. Berikanlah kepada alam materi, sedikit dari akalmu agar dia berakal, sedikit dari hatimu agar dia berperasaan, dan sedikit dari gerakmu agar dia pun bergerak! Engkau adalah khalifah yang dianugerahi ilmu serta kemampuan berekspresi dan mencipta melalui akalmu, roh dan perasaanmu. Maka jangan abaikan itu!
Sebagian dari yang dianjurkan di atas telah sukses dihasilkan oleh pakar-pakar teknologi. Robot-robot telah diprogram sehingga menggantikan manusia dalam aneka kegiatan. Benda-benda seperti komputer yang walau tak bernyawa telah ‘merasakan’ sentuhan tangan tangan dan melaksanakan apa yang kita kehendaki bersama melalui layar sentuhnya.
Tanda-tanda kebenaran prediksi Nabi Muhammad saw. bahwa suatu ketika “batu akan berbicara” telah terlihat sekarang. Sayang manusia belum berhasil menyebarkan rahmat dan kasih sayang pada alam materi dunia ini bahkan tidak dapat memberinya kepada sesamanya yang butuh disebabkan karena kita mengabaikan roh kita.
Buku ini merupakan salah satu buku yang ditulis Quraish Shihab dari diilhaminya oleh sekian kasus antara lain beliau saat bersama cucu di dua era yang berbeda yang heran karena ada temannya yang menyampaikan bahwa ibu bapaknya mengharuskannya menghentikan segala aktivitas begitu adhan berkumandang. Sang cucu bingung dan menanyakan apakah memang demikian seharusnya
Sekian banyak orang merasa keislamannya dinilai kurang bila tidak segera memenuhi panggilan azan kendati memiliki kesibukan yang tidak bertentangan dengan ajaran agama dan juga mengakibatkan waktu shalat berlalu sebelum ditunikan.
Soal “tuntunan yang disertai kecaman atau cibiran untuk segera meninggalkan aktivitas begitu adzan terdengar, pernah juga dikemukakan oleh seorang Menteri yang agamis dalam “Temu Kebangsaan/Merawat Semangat Hidup berbangsa” pada pertengahan Desember 2019 yang lalu. Dapat diduga keras hal serupa sering terjadi dimana-mana.
Dalam konteks makna ibadah, tidak jarang sementara orang karena emosi keberagamannya meluap-luap sehingga kemudahan agama ditolaknya, padahal prinsip ajaran Islam adalah apa yang ditegaskan Allah bahwa: Dia (Allah) tidak menjadikan buat kamu sedikit kesulitan pun dalam agama (QS. Al-Haj [22]: 78) dan bahwa Allah menghendaki kemudahan buat kamu, dan tidak menghendaki kesulitan (QS. Al-Baqarah [2]: 185).
Buku ini diselesaikan dalam suasana masyarakat dunia mengalami pandemi Corona dan dirancang secara sengaja oleh penyusun “Tafsir al-Misbah” tersebut. Dalam suasana itu, sekian banyak pertanyaan dan sikap yang lahir akibat kesalahfahaman tentang substansi agama dan tujuan kehadirannya. Beliau juga memaparkan semua pendapat ulama adalah perjuangannya untuk mencerdaskan umat dalam beragama.
Buku ini memaparkan 3 poin penting. Yaitu tentang apa itu manusia, penciptaan manusia, dan tujuan penciptaan. Bahwa ketiga poin itu dijelaskan dengan mengaitkan dalil al-Qur’an dan Hadist dengan sangat jelas.
Quraish Shihab menulis “Manusia dibentuk sangat sempurna; fisik dan psikis (baca QS. At-Tin [95]: 4) guna menjadi khalifah di bumi. Ia diberi akal dan kemampuan berekspresi/berbicara secara nyata atau rahasia. Tubuhnya diperindah, ditegakkan, dan dipermudah geraknya. Allah swt. telah menciptakan dan menyusun organ serta menganugerahi manusia aneka sarana sehingga dia menjadi makhluk yang unik”.
Sementara pakar pernah menyatakan bahwa manusia adalah miniatur alam raya, dia makan dan tumbuh berkembang bagaikan tumbuhan bahkan melebihinya; dia mengetahui aneka pengetahuan melebihi binatang yang “cerdas”, antara lain karena manusia dapat mengaitkan sebab dan akibat serta menyusun kesimpulan-kesimpulan yang mengantarkannya mengetahui fenomena, serta dengan jiwa yang dimilikinya, manusia mampu “menandingi” malaikat dengan syarat dia mengasah mengasuhnya. Ini karena manusia diberi syahwat yang dapat menggodanya sedang malaikat tidak demikian.
Sebelum Penciptaan manusia, malaikat pernah bertanya dan menduga bahwa akan terjadi perusakan dan pertumpahan darah, dalam hal ini Quraish shihab menulis Allah telah menjawab secara singkat, “Aku maha mengetahui apa yang kamu tidak tahu”. Apa yang terdapat di balik jawaban singkat itu justru dapat menjadi nilai tambah bagi sang khalifah. Jawaban itu mengisyaratkan bahwa memang perusakan dan pertumpahan darah itu dapat terjadi oleh manusia yang ditugaskan sebagai khalifah. Tapi, itu dapat merupakan dampak dari potensi positif yang menghiasi diri manusia dalam konteks tugas kekhalifahan sedang potensi itu tidak dianugerahkan kepada malaikat.
Dalam hal itu yang dimaksud potensi dimaksud adalah potensi berinisiatif. Inisiatif yang meghiasi diri manusia itulah yang melahirkan rekayasa, kemajuan dan perubahan. Inisiatif memang dapat keliru sehingga menimbulkan dampak negatif tetapi manusia yang ditugaskan Allah menjadi khalifah yang tidak melakukan inisiatif sehingga tidak bekerja sama sekali karena takut salah justru lebih buruk daripada yang berinisiatif kendati hasilnya salah.
Oleh sebab itu, di samping sekian banyak potensi lain yang dianugerahkan Allah kepada manusia, yang diharapkan dapat menghalangi atau meminimalkan kerusakan yang timbul. Manusia diharap supaya selalu punya sikap sadaran akan kesalahan, sebab Allah mempunyai sifat istimewa yakni Maha Pengampun, Allah dapat menghapus kesalahan apa pun yang dilakukan oleh manusia.
Judul Buku : KHILAFAH: Peran Manusia di Bumi. (Beli di sini)
Pengarang : M. Quraish Shihab
Penerbit : Lentera Hati
Cetakan, Tahun terbit : Pertama, Juni 2020
Dimensi buku : 188 hlm.
ISBN : 978-628-7713-29-6