Anies Matta, Fahri Hamzah dan lain-lain sowan menemui Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta (21/7). Mereka datang dengan membawa entitas Partai Gelora Rakyat (Gelora).
“Kami merasa perlu melakukan silaturahmi, pertama kali dengan Bapak Presiden, kemudian silaturahmi ini akan kami lanjutakan dengan pimpinan lembaga Tinggi negara lainnya dan pimpinan politik serta tokoh-tokoh nasional,” kata Anies seperti dikutip Antara.
Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia sendiri telah resmi menjadi partai politik dan siap bertarung dalam pemilihan mendatang. Partai ini mendapat surat keputusan (SK) Menteri Hukum dan HAM bernomor M.HH-11.AH.11.01 tahun 2020 sebagai badan hukum parti politik, Selasa (19/5).
Anies merasa, pertemuan dengan Jokowi ini penting, apalagi saat ini negara dalam kondisi genting ketika Covid-19 masih tinggi-tingginya dan negara harus sesegera mungkin mengatasi krisis ekonomi di depån mata. Ia juga merasa, ini merupakan kewajiban moral, apalagi sebagai partai baru, bagi pemerintah di masa pandemi ini.
“Mudah-mudahan tak berkembang jadi krisis sosial dan politik, kita perlu berdiri bersama sebagai satu bangsa dengan visi bersama dan melakukan kolektif action juga bersama-sama,” tambah Anies Matta.
Partai ini sejak lama mencuri perhatian publik. Betapa tidak, para petinggi partai ini adalah kader-kader terbaik partai Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di masanya, bahkan sejak masih berbentuk Partai Keadilan (PK) dan turut membangun parati ini. Apalagi, Partai Gelora ini adalah kelanjutan transformasi transformasi dari Ormas Garbi (Gerakan Arah Baru Indonesia) yang dianggap sempalan para aktivis dan tokoh dari partai PKS.
Bayangkan saja, nama-nama beken di geraken tarbiyah seperti Ustadz Mahfud Shiddiq, Fahri Hamzah dan lain-lain juga membidangi Partai Keadilan zaman dulu ini. Alhasil, banyak yang bilang, lagi-lagi, partai ini adalah jelmaaan dari PKS dengan wajah baru; lebih terbuka, lebih milenial. Dan, mungkin juga lebih ‘tidak islam’ seperti PKS.
“Kita tidak mau hanya membatasi diri pada suatu segmen tertentu, tapi kita ingin di-nisbat-kan sebagai partai milik rakyat Indonesia. Maka asasnya Pancasila, lalu nilai-nilai dasar, ada Islam, Nasionalisme, Demokrasi, dan kesejahteraan,” tutur Ustadz Mahfudz Siddiq, saat diwawancara CNN terkait visi partai Gelora.
Jadi, tidak terlalu ‘Islam’ ya, Ustadz. Pertanyaannya, mampukah Partai Gelora mengiris suara PKS di 2024 nanti jika mengambil platform yang terbuka begini? Sowan ke Jokowi ini langkah praktis untuk memperkenalkan. Eh tapi, apa emang benar ini semacam restu untuk PKS Perjuangan, eh maksudnya Partai Gelora? Biar waktu yang menjawab. [DP]