Ayat ini menggambarkan hukuman bagi orang-orang yang menyangka mereka punya banyak amal dan kebaikan, ternyata di hari kiamat amal dia itu lebur, karena meningkari tanda-tanda kebesaran Tuhan dan mengolok-olok Rasul Allah yang menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Allah SWT berfirman:
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَآئِهِۦ فَحَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ وَزْنًا () ذَٰلِكَ جَزَآؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا۟ وَٱتَّخَذُوٓا۟ ءَايَٰتِى وَرُسُلِى هُزُوًا
Ulaikal lladzina kafaru bi ayati robbihim wa liqo’ihi fa habithot a‘maluhum fa la nuqimu lahum yaumal qiyamati wazna () dzalika jaza’uhum jahannamu bima kafaru wattakhodzu ayati wa rusuli huzuwa ()
Artinya:
“Mereka itu adalah orang-orang yang mengkufuri tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka dan perjumpaan dengan-Nya, maka sia-sialah amal-amal mereka dan Kami tidak mengadakan penimbangan bagi mereka pada Hari Kiamat nanti () itulah balasan mereka, berupa neraka Jahannam sebab mereka telah kufur dan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.” (Surat Al-Kahfi ayat 105-106)
Syekh al-Sya‘rawi dalam kitab tafsirnya menguraikan bahwa orang yang kafir terhadap tanda-tanda kekuasaan Tuhan ini mengandung tiga bentuk kekufuran. Pertama, dia kafir atau ingkar terhadap tanda kauniah yang menunjukkan kekuasaan Allah. Kedua, dia kafir atau ingkar terhadap ayat-ayat hukum, Al-Qur’an, dan penyampaian dari utusan Allah. Ketiga, dia kafir terhadap mukjizat Allah sebagai penguat atas kerasulan para utusan-Nya.
Selain itu, orang-orang yang ingkar ini juga mengingkari pertemuan dengan Allah pada hari kiamat, baik yang mengingkari secara total, seperti tergambar dalam surah al-Mu’minun ayat 82, mereka berkata: “Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan?
Tapi ada juga dari mereka yang mengakui hari kebangkitan sesuai hawa nafsunya sebagaimana telah dijelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 36, aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu. Sebagian ada juga orang yang ingkar bahwa saat dibangkitkan nanti itu bukan jasad, tapi hanya roh mereka saja.
Akibat kekufurannya ini, amal orang-orang yang mengkufuri tanda-tanda kekuasaan Tuhan ini akan sia-sia. Hal ini sebagaimana digambarkan dalami fa habithot a‘maluhum. Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, kata habitha digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang konkret indrawi. Musim bunga menumbuhsuburkan aneka tumbuhan dan mengagumkan binatang-binatang. Akan tetapi di antara tumbuhan yang indah itu ada yang beracun, sehingga bila ditelan binatang ini akan mematikan. Tumbuhan yang indah di musim bunga ini seakan tampak menawan, tapi justru beracun dan mematikan bagi binatang yang memakannya.
Nah, amal orang-orang yang kufur terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah itu binatang yang memakan tumbuhan indah beracun tersebut. Mereka menyangka amal mereka sangat banyak, akan tetapi ternyata amal mereka kosong.
Bagi orang yang kufur seperti ini, Allah tidak akan meliriknya sedikit pun. Karena amalnya sia-sia, Allah pun tidak akan melakukan timbangan amal untuk orang-orang seperti ini, sebesar apa pun amal mereka. Selain itu, mereka pun akan mendapatkan balasan berupa neraka Jahannam sebab kufur terhadap tanda kekuasaan Allah dan mengolok-olok para Rasul Allah.