Surat al-Kahfi ayat 10 ini memulai cerita secara umum mengenai Ashabul Kahfi. Mereka digambarkan dengan diksi ‘para pemuda’. Selain itu, ‘para pemuda’ yang taat ini langsung berdoa dan memohon diberikan petunjuk oleh Allah sesampai mereka di gua. Allah SWT berfirman:
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقالُوا رَبَّنا آتِنا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنا مِنْ أَمْرِنا رَشَداً
Idz awal fityatu ilal kahfi, fa qolu robbana atina mil ladunka rohamataw wahayyi’ lana min amrina rosyada (10)
Artinya:
“(Ceritakanlah, wahai Muhammad), mengenai para pemuda (Ashabul Kahfi) berlindung menuju ke dalam gua, kemudian berdoa “Ya Tuhan kami, berilah kasih sayang spesial dari-Mu dan berilah petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)” (QS: Surat Al-Kahfi Ayat 1o)
Menurut Ibnu ‘Asyur dalam al-Tahrir wat Tanwir, penggunaan kata al-fityah yang berarti ‘pemuda’ untuk merujuk pada Ashabul Kahfi ini untuk menyimbolkan rasa semangat. Artinya, ashabul kahfi itu para pemuda yang semangat membela kebenaran dan enggan terkontaminasi dengan kebatilan yang ada di sekitarnya. Karena itu, mereka mengasingkan diri di gua untuk menyelamatkan keyakinan. Huruf fa pada kalimat faqolu menunjukkan bahwa kesegeraan para Ashabul Kahfi mendekatkan diri kepada Allah sesampainya di gua. Dalam bahasa Arab, huruf fa digunakan di antaranya untuk menunjukkan arti kesegeraan.
Dalam kitab tafsirnya, Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Ashabul Kahfi pergi menuju gua itu untuk berlindung agar mereka tidak mendapatkan tekanan dari masyarakatnya yang menyimpang menyembah berhala. Menurut Ibnu Katsir, selain meminta rahmat, Ashabul Kahfi juga meminta diberikan petunjuk dalam setiap langkah, sehingga berujung pada kebaikan. Dalam hal ini, Ibnu Katsir juga mengutip sebuah hadis dari Bisr bin Abi Arthah mengenai doa Nabi terkait doa kebaikan dalam setiap langkah yang ditempuh.
اللهم أحسن عاقبتنا في الأمور كلها، وأجرنا من خزي الدنيا وعذاب الآخرة
Allohumma ahsin ‘aqibatana fil umuri kulliha, wa ajirna min khizyid dunya wa ‘adzabil akhiroh
Artinya:
“Ya Allah, berikanlah kebaikan pada setiap hasil aktivitas kami, lindungi kami dari kehinaan dunia dan azab akhirat.”
Sementara itu, Imam al-Thabari dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Ashabul Kahfi dari kalangan Nasrani yang mengesakan Allah ini lari karena merasa terintimidasi oleh sekolompok orang penyembah berhala. Hal ini juga senada dengan pendapat Ibnu ‘Athiyyah yang dikutip oleh Syekh Thahir bin ‘Asyur pada tafsir surat al-Kahfi ayat 9 yang lalu.
Sementara itu, Syekh al-Sya‘rawi dalam kitab tafsirnya menyatakan bahwa ayat ini perintah untuk tidak terlalu memperdulikan sikap musyrik Mekah mengenai Ashabul Kahfi. “Jika kafir Mekah bertanya padamu tentang Ashabul Kahfi yang bertujuan untuk menjatuhkan harga dirimu dan mengolok-olokmu, tinggalkanlah mereka dan tak perlu menggubris niat buruk mereka. Jangan kamu kira bahwa cerita mengenai Ashabul Kahfi itu satu-satunya cerita ajaib. Cerita ajaib itu sangat banyak sekali bagi-Ku (Allah),” jelas Syekh Sya‘rawi saat menjelaskan ayat 10 surat al-Kahfi ini.