Mati adalah hal yang pasti. Sejauh manapun manusia berlari, mati tetap akan datang. Ihwal kematian memang tidak ada perdebatan, namun kejadian pasca-kematian yang sering menjadi pertanyaan. Di antaranya adalah: di mana ruh tinggal atau menetap setelah kematian seraya menunggu hari pembalasan? Apakah ruh berada di langit atau di bumi? Apakah ruh berada di surga dan neraka? Atau berada di tempat selain yang telah disebutkan?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut ‘sangat’ bervariasi, sebab para ulama’ memiliki argumentasinya sendiri-sendiri. Kumpulan jejak pendapat ini dirangkum dengan rapi oleh Imam Syamsuddin Abi Abdillah Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam ar-Ruh.
Abu Hurairoh dan Abdullah bin Umar berpendapat bahwa ruh-ruh orang yang beriman berada di sisi Allah di dalam surga (baik termasuk kelompok Syuhada’ maupun non-Syuhada’) selama ruh-ruh tersebut tidak terhalang untuk masuk surga (sebab dosa besar atau masalah utang-piutang), lalu Allah akan menemui ruh-ruh tersebut untuk memberikan maaf dan rahmat.
Pendapat lainnya mengatakan bahwa ruh-ruh orang yang beriman berada di serambi surga (di depan pintu surga) dan mendapatkan kebahagiaan, rizki, dan kenikmatan dari surga. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa ruh-ruh tersebut berada di serambi-serambi kuburannya sendiri-sendiri.
Imam Malik juga menyatakan bahwa sesungguhnya ruh itu dilepaskan dan bebas pergi ke manapun, sedangkan Imam Ahmad, dalam riwayat putra Imam Ahmad yang bernama Abdullah, mengatakan bahwa ruh-ruh orang kafir berada di neraka dan ruh-ruh orang yang beriman berada di dalam surga.
Dalil yang dijadikan dasar untuk pendapat yang menyatakan bahwa ruh-ruh orang yang beriman berada di surga adalah surat al-Waqi’ah ayat 88-89, “Jika ia (orang yang telah wafat) termasuk dalam golongan orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka ia akan memperoleh ketentraman dan rizki serta surga (yang dipenuhi dengan) kenikmatan”.
Ibnu al-Mubarak dari Ibnu Juraij, dari perkataan yang disampaikan Mujahid, menyatakan bahwa ruh Syuhada’ bukan berada di surga, tetapi ruh Syuhada’ memakan makanan surga dan dapat mencium bau surga. Selain tempat surga dan neraka, juga ada pendapat yang menyatakan bahwa ruh-ruh orang yang beriman berada di ‘Illiyyin (langit ke tujuh), sedangkan ruh-ruh orang kafir berada di Sijjin (bumi ke tujuh, di bawah pasukan Iblis).
Pendapat ini disampaikan oleh Ka’ab. Pendapat lainnya juga ada yang mengatakan bahwa ruh-ruh orang yang beriman berada di sebelah kanan Nabi Adam, sedangkan ruh-ruh orang kafir berada di sebelah kiri Nabi Adam.
Abu Umar bin Abd al-Barr lebih spesifik menyebutkan bahwa yang berada di surga adalah ruh Syuhada’, sedangkan ruh-ruh orang yang beriman secara umum berada di serambi kuburnya masing-masing. Abu Umar bin Abd al-Barr mengambil dalil dari hadis riwayat Ibnu Umar dari Nabi Muhammad yang berkata, “Jika satu di antara kalian meninggalkan dunia, maka akan dipertontonkan tempat duduk (maq’ad) padanya setiap pagi dan sore. Saat itulah akan diketahui jika memang ahli surga, maka kelak akan masuk surga (sesuai dengan yang dipertontonkan padanya). Jika memang ahli neraka, maka kelak akan masuk neraka. Diucapkan pada mereka (yang telah wafat): “ini adalah tempat dudukmu hingga Allah membangkitkanmu pada hari kiamat”.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah sendiri mengatakan bahwa pendapat dari Abu Umar bin Abd al-Barr (ruh berada di serambi kuburnya) adalah pendapat yang paling sahih, sebab hadis-hadis tentang ruh berada di serambi kuburnya memiliki riwayat yang paling baik dan paling kuat daripada hadis-hadis lainnya.
Wallahu A’lam.