Al-Qur’an bukanlah buku cerita, namun di dalamnya termuat banyak cerita. Al-Qur’an bukanlah kitab dongeng, namun didalamnya diceritakan bermacam kisah umat terdahulu. Allah swt bercerita bukan bertujuan agar manusia dapat menikmati kisah dalam Al-Qur’an, namun agar mereka bisa mengambil pelajaran darinya.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ -١١١-
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.”
(Yusuf 111)
Allah swt memberikan contoh pada manusia tentang siapa yang mendapat kerelaan-Nya dan siapa yang memancing kemurkaan-Nya. Hingga semua bukti menjadi jelas dan tidak ada kesempatan lagi bagi mereka untuk beralasan dihadapan-Nya.
لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَن بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَيَّ عَن بَيِّنَةٍ -٤٢-
“Yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata.”
(Al-Anfal 42)
Allah menceritakan kisah umat terdahulu agar kita mengikuti mereka yang telah berbuat kebaikan dan menjauh dari mereka yang mendapat siksa Tuhan karena kedurhakaan. Namun pilihan ada ditangan kita. Apakah mau ikut bersama mereka yang binasa atau hidup bersama mereka yang memilih kehidupan sebenarnya.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِّمَن يَخْشَى -٢٦-
“Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Allah).”
(An-Nazi’at 26)
Kali ini kita akan menguak kisah Fir’aun di dalam Al-Qur’an. Kisah yang diabadikan didalam Al-Qur’an. Tak hanya kisahnya, bahkan jasadnya pun tetap utuh sesuai janji Allah swt. Kisah dan jasadnya diabadikan karena memiliki pelajaran yang begitu besar bagi manusia setelahnya.
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيراً مِّنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ -٩٢-
“Maka pada hari ini Kami Selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.”
(Yunus 92)
Siapa Fir’aun?
Fir’aun bukanlah nama seseorang. Fir’aun adalah sebutan bagi Raja Mesir di zaman itu. Jadi, kita akan menemukan banyak Fir’aun dengan orang-orang yang berbeda. Namun kali ini, kita akan berbicara tentang Fir’aun yang sezaman dengan Nabi Musa as.
Fir’aun adalah Raja yang begitu kejam dan bengis. Hingga namanya digunakan sebagai lambang kebiadaban dan kesombongan. Dalam bahasa arab pun, kata Tafar’ana memiliki sinonim Takabbaro. Yaitu kata memfir’aunkan diri memiliki arti menyombongkan diri.
Nama Fir’aun begitu terkenal sebagai simbol antagonis, musuh kebenaran dan pemimpin kebatilan. Sehingga, musuh-musuh kebenaran di setiap zaman disebut Fir’aun di zaman itu. Seperti Abu Jahal yang disebut Fir’aunnya Umat Rasulullah saw.
Sebenarnya apa yang telah dilakukan Fir’aun? Apa sifat-sifatnya hingga ia menjadi tokoh antagonis terbesar? Apa yang telah ia perbuat hingga Allah swt mengabadikan kisahnya bahkan jasadnya sebagai pelajaran bagi manusia?
Sifat-Sifat Fir’aun
Fir’aun adalah lambang pemimpin yang dzolim. Kita harus mengetahui sifat-sifatnya untuk mengetahui siapa sang pengikut Fir’aun. Siapa yang meneladani Fir’aun dalam memimpin. Atau bahkan, sifat-sifat itu bisa melekat pada diri kita sendiri. Mari kita simak sifat-sifat Fir’aun berikut ini agar jangan sampai ada wajah Fir’aun dalam diri kita.
1. Manusia Paling Congkak.
Fir’aun adalah manusia paling congkak di muka bumi. Dia telah memakai pakaian kesombongan yang sebenarnya hanya milik Allah swt.
وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الأَرْضِ-٨٣-
“Dan sungguh, Fir‘aun itu benar-benar telah berbuat sewenang-wenang di bumi.”
(Yunus 83)
إِنَّهُ كَانَ عَالِياً مِّنَ الْمُسْرِفِينَ -٣١-
“Sungguh, dia itu orang yang sombong, termasuk orang-orang yang melampaui batas.”
(Ad-Dukhan 31)
Orang yang sombong adalah orang yang tidak mengenal dirinya. Diri yang serba membutuhkan selainnya. Diri yang penuh keterbatasan. Dan kesombongan ini adalah penyakit yang paling dibenci Allah swt.
“Tidak akan masuk surga seorang yang didalam hatinya masih ada setitik kesombongan.”
(Rasulullah saw)
Sifat pertama dari Fir’aun adalan congkak dan sombong. Dan dia telah melakukan kesombongan yang paling biadab dan tidak akan memperoleh ampunan dari Allah. Yaitu kesombongan ketika telah mengetahui kebenaran namun dia tidak mau menerimanya. Sombong bukan sekedar pamer mobil atau rumah yang mewah. Kesombongan terbesar adalah menutup hati dari kebenaran.
2. Melampaui batas.
Semua yang dilakukan Fir’aun telah melampaui batas. Jika kita bertanya tentang kebengisan, maka dialah yang paling bengis. Jika kita bertanya tentang kesombongan, dia lah manusia paling sombong. Tidak ada batasan dalam dirinya. Dia melakukan apapun yang dia inginkan.
اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى -٢٤-
“Pergilah kepada Fir‘aun; dia benar-benar telah melampaui batas.”
(Thaha 24)
Kapan seorang bisa melampaui batas?
Saat hatinya penuh dengan kesombongan dan merasa tidak memerlukan siapapun. Bukan hanya Fir’aun yang melampaui batas. Siapapun bisa melakukan hal yang melampaui batas. Perbuatannya tak terkendali lagi. Kapan? Saat dirinya merasa serba cukup.
كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى -٦- أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى -٧-
“Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup.”
(Al-Alaq 6-7)
3. Selalu Meremehkan Rakyat.
Fir’aun selalu meremehkan rakyatnya. Mereka selalu dibodohi, dibungkam dan dibius sehingga tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak bisa mengutarakan pendapatnya. Tidak bisa bergerak melawan apalagi memberontak.
فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْماً فَاسِقِينَ -٥٤-
“Maka Fir‘aun dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik.”
(Az-Zukhruf 54)
Dia membodohi kaumnya dengan kekerasan, kadang pula dengan rayuan. Sehingga tidak ada lagi yang berani melawab. Dia tidak akan menjadi Fir’aun jika tidak ditaati oleh rakyatnya. Dan dia tidak akan ditaati sebelum rakyatnya dibodohi.
Salah satu taktiknya adalah pembodohan, jika ada seorang atau kelompok yang ingin melihat umat tetap dalam kebodohan dan kemunduran, maka dia telah mengikuti taktik gurunya yaitu Fir’aun.
4. Memecah Belah Rakyat.
Salah satu taktik Fir’aun untuk menguasai rakyatnya adalah dengan membagi mereka berkelompok-kelompok. Rakyat tidak dibiarkan bersatu karena akan berbahaya bagi kekuasaannya. Jika rakyat bersatu, maka mereka akan memiliki kekuatan untuk melawan Fir’aun. Rakyat dipecah belah sehingga mereka selalu lemah dan tak berdaya.
إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعاً يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءهُمْ-٤-
“Sungguh, Fir‘aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka.”
(Al-Qashas 4)
Setelah memecah belah, dia menindas salah satu kelompok dari mereka. Membunuh anak-anak dan membiarkan perempuan mereka. Agar kelompok yang lain takut dan tidak berpikir lagi untuk memberontak.
Jika kita perhatikan, taktik ini digunakan juga untuk Fir’aun zaman ini. Seperti yang dilakukan Zionis Israel. Sebenarnya, untuk melawan Satu Palestina saja dia tidak mampu. Namun lihatlah, dia menggunakan taktik Fir’aun untuk memecah Palestina menjadi beberapa kelompok. Sehingga kekuatan mereka kecil untuk melawan Israel.
Lihatlah apa yang dilakukan Amerika, mereka memecah belah umat disana sini. Berbagai negara dikacaukan. Kemudian mereka datang sebagai satu-satunya Polisi Dunia yang mengatur kedamaian. Padahal mereka paling anti melihat persatuan.
Karena itu, jika ada seseorang ataupun kelompok yang suka memecah belah. Anti kebhinekaan dan anti persatuan umat. Maka jangan ragu untuk menyebutnya sebagai Fir’aun zaman ini. Karena taktik dan sifat Fir’aun ada pada mereka.