Di Thaif, sebuah kota di utara Makkah, dalam situasi yang sangat kritis, Nabi dikejar-kejar oleh sejumlah anak muda yang berusaha membunuhnya. mereka melempari Nabi dengan batu dan kotoran unta untuk keledai. tubuhnya luka dan berdarah. Nabi tak berdaya, Ia memohon pertolongan Allah, dan Doanya mengguncang ‘Arasy tempat para malaikat berkumpul. jibril kemudian memimpin rombongan Malaikat menemui Nabi dan menawarkan bantuan: “wahai Nabi jika engkau meminta kami mencabut gunung-gunung, lalu ditimpakan kepada penduduk Thaif yang kurang ajar itu, kami akan lakukan”.
Nabi Saw dengan santun menjawab: “Bahkan jika mereka tidak mau beriman dan taat kepada Tuhan, aku masih tetap berharap akan ada anak-anak dan cucu-cucu mereka yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Biarkan saja mereka, karena mereka memang orang-orang yang tidak tahu: “Allahumma Ihdi Qawni fa innahum la Ya’lamun” (wahai Tuhan, berilah petunjuk kepada mereka, karena mereka belum tahu).
Nabi saw sangat meyakini bahwa kebenaran tidak ajkan pernah sirna dan dikalahkan. kebenaran pasti akan menang. Beliau juga tahu bahwa orang-orang yang memusuhi kebenaran adalah orang-orang bodoh, karena itu harus diberikan petunjuk dan pendidikan yang baik. begitulah kearifan seoarang Nabi yang agung ini.
Keyakinan akan datangnya kebenaran dan hancurnya kebhatilan itu kemudian terbukti “katakan (wahai Muhammad)”, begitu kata Tuhan, “telah datang kebenaran dan telah sirna kebhatilan. sesungguhnya kebhatilan . sesungguhnya kebhatilan benar-benar hancur”. (Qs. Al-Isra : 81).
Tidak lama setelah itu, kemenangan semakin nyata ketika masyarakat berbondong-bondong mengikuti risalahnya. Tuhan kemudian menyerukan agar mereka bersyukur dan meuji Tuhan karena semuanya adalah berkat pertolongan-Nya: “Apabila pertolongan Allah dan kemenangan telah datang. dan kami melihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan-mu dan ohonlah ampun kepada-Nya. sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat”. (Qs. Al-Nashar:1-3)