Shalat sunnah, terlebih shalat sunnah rawatib adalah penyempurna shalat fardhu yang kita lakukan. Sehingga melaksanakannya setelah shalat fardhu adalah hal yang sangat dianjurkan. Juga sering kali kita melihat orang yang akan melaksanakannya shalat sunnah bergeser atau berpindah dari tempatnya melakukan shalat fardhu ke tempat lain, walupun masih di dalam kawasan masjid.
Lalu bagaimana hukum berpindah tempat untuk melakukan shalat sunnah tersebut?
Disebutkan dalam hadis riwayat Abu Dawud bahwa Rasul SAW pernah bersabda kepada Mughirah agar tidak melakukan shalat sunnah sebelum berpindah tempat dari tempat asalnya saat melakukan shalat fardhu.
لا يصلي الإمام في موضعه الذي صلى فيه المكتوبة حتى يتحول
“Tidak shalat seorang imam di tempat melakukan shalat wajib sampai ia berpindah.”
Dalam riwayat lain juga dijelaskan bahwa Rasul memerintahkan untuk memisah antara dua shalat dengan berpindah atau berbicara. Menurut Imam an-Nawawi dalam Syarh Sahih Muslim menjelaskan bahwa hal ini kemudian dijadikan dalil kesunahan berpindah tempat untuk melakukan shalat sunnah oleh para pengikut Imam as-Syafii.
فان رسول الله ص أمرنا بذلك أن لا نوصل صلاة حتى نتكلم أو نخرج فيه دليل لما قاله أصحابنا أن النافلة الراتبة وغيرها يستحب أن يتحول لها عن موضع الفريضة إلى موضع آخر وأفضل التحول إلى بيته والا فموضع آخر
“Sesungguhnya Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk tidak menyambung shalat sebelum berbicara atau keluar. Hal ini menjadi dalil dari pendapat para pengikut Imam as-Syafii bahwa disunnahkan berpindah tempat untuk shalat sunnah rawatib dari tempat semula melakukan shalat fardhu. Tempat yang utama untuk berpindah adalah rumahnya, jika tidak maka tempat lain (di kawasan masjid).”
Pernyataan Imam an-Nawawi yang menyebutkan bahwa lebih baik keluar masjid dan pindah ke rumah masing-masing untuk melakukan shalat sunnah adalah sangat dianjurkan. Jika tidak pulang, maka disunnahkan untuk berpindah atau bergeser saja.
Wallahu A’lam.