Dunia kembali berduka, bom kembali meledak dan kali ini rumah suci umat islam: Masjid. Masjid itu berada di daerah Sinai, tepatnya di Masjid Masjid Al-Rawdah di Bir al-Abed, Provinsi Sinai Utara, Sinai, Mesir. Data terakhir, korban berjumlah 305 orang yang wafat, termasuk 27 adalah anak, dan 128 lainnya cedera.
Tentunya miris sekali, apalagi kejadian itu terjadi ketika umat sedang melakukan sholat jumat. Selain bom, para pelaku juga menggunakan senjata dan memberondong jemaah dengan peluru.
“Tindakan keji tersebut apapun motif dan siapa pun pelakunya sangatlah sadis dan biadab yang bertentangan dengan ajaran Islam dan keadaban kemanusiaan,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir
Hal senada juga diutarkan oleh pemerintah. Bahkan secara tegas Presiden Jokowi bahwa Indonesia akan selalu bersama Mesir dan turut mendukung Mesir untuk mengatasi kondisi negaranya. Termasuk dari ancaraman para teroris dan ekstrimis yang mengatasnamakan islam.
“Indonesia selalu bersama dengan Mesir dalam kondisi seperti itu. Saya kira sudah sering saya ulang-ulang bahwa kerja sama dalam rangka memerangi terorisme, memerangi radikalisme adalah kewajiban kita bersama,” tambah Presiden.
Sampai tulisan ini diturunkan, belum ada kelompok yang mengklaim serangan ini. Meskipun begitu, ada indikasi para penyerang ini berafiliasi ke ISIS. Hal itu dibuktikan dengan dugaan adanya bendera ISIS yang dikibarkan dalam penyerangan tersebut melalui kesaksian mereka yang ada di dalam masjid tersebut. Otoritas Mesir pun masih menyelidik kasus ini dan terus memburu pihak yang bertanggung jawab atas insiden mengerikan ini.
Pertanyaannya? Kenapa para ekstrimis itu melakukan kebiadaban ini di dalam masjid? Apalagi di waktu sholat jumat, hari dan ibadah yang begitu dihormati oleh seluruh umat islam dunia?
Ada banyak analisis, tapi berdasarkan tren yang terjadi di belahan dunia lain seperti yang terjadi di Pakistan, para ekstrimis ini memang mulai menyerang para sufi yang dianggap menodai umat islam. Apalagi cara mereka menyebarkan islam dengan cinta dan tanpa kekerasan, serta dengan keras menolak para ekstrimis ini.
Apakah penyerangan ini akan terjadi di Indonesia? Semoga saja tidak. Tapi, pemerintah setidaknya perlu untuk memperhatikan trend ini, bahwa para ekstrimis ini tidak segan-segan untuk membunuh saudarnya sesama iman dengan keji seperti yang terjadi di Mesir.
Sampai detik ini, seperti keterangan yang dirilis PBB, masih banyak warga Rohingnya yang memilih untuk meninggalkan Rakhine. Menurut keterangan tersebut, setidaknya ada 3000 pengungsi yang sudah menyeberang ke Bangladesh.
Jumlah itu pun terus bertambah dan dalam jumlah besar. Hal itu pun dikonfimasi oleh para penjaga perbatasan kedua negara tersebut. “Jumlah kedatangan sudah menurun, tetapi belum berhenti,” ujar komandan penjaga perbatasan Bangladesh S.M. Ariful Islam.
Saat ini sendiri diperkirakan pengungsi sudah mencapai 1 juta orang dan jumlah ini terus bertambah. Nasib mereka pun masih belum jelas meskipun sudah ada nota kesepahaman antara Myanmar-Bangladesh terkait pemulangan pengusi. Itu belum ditambah tekanan internasional yang kian menguat kepada Myanmar.
Selain itu, pekan ini juga terdapat sebuah hari yang spesial, yakni Maulid Nabi, atau kelahiran sang baginda Rasulullah.
Di Indonesia sendiri banyak sekali perayaan, bahkan Presiden Jokowi pun membuat acara maulid di Istana Bogor, Kamis (1/12). Acara ini merupakan yang pertama dilakukan dalam istana Bogo. Adapun yang memberikan tausiyah adalah Habib Jindan bin Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan.
Hal ini tentu saja kian menegaskan bahwa umat islam di Indonesia memang mendapatkan tempat istimewa, bukan seperti yang dipikirkan sebagian orang bahwa pemerintah meninds dan memperlakukan umat islam dengan buruk. Buktinya, dalam sejarah, baru kali ini terjadi maulid Nabi dirayakan dengan begitu gegap gempit dan mendapatkan perhatian yang luar biasa dari pemerintah.