Hobi atau kegemaran orang biasanya sangat beragam. Dari yang sepele hingga yang amat berat. Ada yang suka arisan, nonton bola, ngerumpi, chatting, bermain play station, membaca komik, dan ada juga yang hobi otak-atik rumus matematika dan membuat robot. Hebat bukan!
Ya begitulah hobi orang zaman sekarang. Bagaimana dengan orang-orang zaman dulu, apakah kegemaran mereka kala itu? Bagaimana dengan hobi Rasulullah dan sahabat-sahabatnya?
Ternyata mereka punya kesamaan. Bukan pada hobinya tapi banyaknya.
Syahdan, sembari duduk santai dan lesehan bersama-sama para sahabat, Nabi bercerita. “Ada tiga hal yang sangat aku gemari di dunia ini: aroma wangi-wangian, istri salehah, dan menjalankan shalat,” kata Nabi mengawali pembicaraan.
Abu Bakar al-Siddiq yang ada di samping Nabi unjuk bicara. “Benar ya Rasul, saya juga punya tiga kegemaran: melihat wajah engkau, menafkahkan harta kepada engkau, dan mengawinkan putriku dengan engkau,” ujarnya.
“Saya juga punya tiga hobi ya Rasulullah,” sahut Umar bin Khattab tak mau kalah, “Yaitu mengajak kebaikan, melarang kemungkaran, dan berpakaian kusam.”
Lalu Usman bin Affan pun ikut nimbrung. Dia ternyata punya tiga hobi pula. “Memberi makan orang yang lagi kelaparan, memberi pakaian kepada orang yang kekurangan sandang, dan membaca al-Qur’an,” paparnya.
Nampaknya jumlah hobi Ali bin Abi Thalib juga sama, tiga hal. “Benar wahai Ustman, saya juga mempunyai tiga kegemaran,” kata Ali. Pertama, melayani tamu. Kedua, puasa di musim panas. Dan terakhir, memukul musuh dengan pedang.
Kok bisa kompak sekali ya? Konon, angka tiga menjadi angka sakti selain satu, tujuh, sebelas, duapuluh satu atau tigapuluh tiga. Rasulullah sendiri tatkala mengajarkan sebuah dzikir di antaranya dibaca tiga kali, dan ternyata dalam hobi Rasulullah juga memilih tiga angka. Wah… konsisten sekali.
Karena itulah cerita ini diabadikan di dua literatur yang cukup dikenal, yaitu Al-Riyâdh al-Nadlrah, ibadah untuk kebugaran spiritual, karya Ahmad bin Abdullah bin Muhammad al-Thabari dan Nashâih al-`Ibâd, nasihat bagi umat manusia, karya Ibn Hajar al-Asqalâni. []
Pernah dimuat ulang di syir’ah edisi 56.