Suatu kali sufi besar, Hasan Basri bertemu dengan seorang penyembah api. Namanya Simoen. Sufi besar ini tertegun menyaksikan Simoen jatuh sakit dan nampaknya ajal segera menjemput. Melihat kejadian tersebut Hasan Basri tergerak untuk menasehati Simoen. “Takutlah kepada Allah.Engkau telah menyia-nyiakan seluruh hidupmu diantara bara api dan asap,” ujar Hasan Hasri. Mendengar perkataan Hasan Basri, penyembah api itu berkata,” Wahai Hasan Basri ada tiga hal yang mencegahku menjadi seorang muslim.” Jawaban tersebut membuat Hasan Basri menjadi diam seribu bahasa. Kemudian Simoen melanjutkan perkataannya,” Pertama, pada kenyataannya kalian membenci keduniaan, tetapi nyatanya kalian mengejar harta kekayaan siang malam. Kedua, tentang kematian yang mesti kalian hadapi. Namun kalian tidak pernah bersiap-siap untuk menghadapinya. Kemudian yang ketiga, ketika kalian mengatakan bahwa wajah Allah akan terlihat namun hingga kini kalian melakukan segala sesuatu yang tidak diridhai-Nya.”
Jawaban yang menohok itu membuat hasan Basri tersengat hatinya. “ Ini merupakan ucapan dari manusia yang benar-benar berpengetahuan,” gumam Hasan Basri. Kemudian berkatalah Hasan Basri,” Jika orang muslim berperilaku seperti yang engkau katakan, apa yang akan engkau katakan lagi? Mereka mengakui keesaan Allah sedangkan Engkau menyembah api berpuluh-puluh tahun. Jika kita sama-sama terseret di neraka, api neraka akan membakar dirimu dan diriku. Tetapi jika Allah mengizinkan, api tidak akan menghanguskan sehelai rambut pun di tubuhku. Hal ini dikarenakan api diciptakan Allah dan tunduk pada perintah-Nya. Walaupun engkau menyembah api selama puluhan tahun, marilah kita bersama-sama menaruh tangan kita di atas bara api, agar engkau menyaksikan sendiri betapa api itu sesungguhnya tak berdaya dan betapa Allah itu Maha Kuasa.”
Sesaat kemudian Hasan Basri memasukkan tangannya ke dalam api. Sungguh menakjubkan tangan tersebut tidak terbakar sama sekali. Menyaksikan kejadian ajaib itu Simoen terheran-heran dan takjub. Sejenak kemudian ia berkata,“ Berpuluh tahun aku menyembah api, hanya dengan satu atau dua helaan nafas saja kini hidupku tersisa. Apa yang harus kulakukan.” Mendengar hal tersebut, Hasan Basri berkata,”Jadilah seorang muslim.”
Sejenak kemudian Simoen menjawab,” Jika engkau memberikan surat jaminan bahwa Allah tidak akan menghukumku maka aku akan masuk Islam.” Persyaratan itupun kemudian di iyakan oleh Hasan Basri dengan menuliskan surat jaminan. Surat itu pun kemudian dikelilingkan kepada orang-orang jujur di kota Basrah untuk memberikan kesaksian. Kesungguhan Hasan Basri ini membuat Simoen bercucuran air mata dan akhirnya mengucapkan Kalimat Dua Syahadat.“ Setelah aku mati, mandikanlah aku dengan tanganmu sendiri, kuburkanlah aku.Kemudian selipkanlah jaminan ini di tanganku. Surat itu akan menjadi bukti bahwa aku telah menjadi seorang muslim,” kata Samoen. Tak lama kemudian Samoen menghembuskan nafas terakhirnya.
Malam harinya Hasan Basri merenung tentang apa yang telah menimpa dirinya ketika bertemu dengan Samoen.“Bagaimana aku bisa menolong orang yang dalam keadaan tenggelam sedangkan aku sendiri dalam keadaan yang sama. Aku sendiri tidak dapat menentukan nasibku. Tetapi mengapa aku berani memutuskan apa yang menjadi hak Allah,” pikir Hasan Basri. Hatinya menjadi galau tentang apa yang telah dilakukannya. Kemudian tertidurlah ulama masyhur ini.
Dalam tidurnya Hasan Basri bermimpi bertemu dengan Simoen. Wajahnya cerah dan bercahaya. “ Bagaimana keadaanmu,” tanya Hasan Basri. “ Mengapa engkau bertanya padahal enngkau menyaksikan sendiri. Allah yang Maha Besar dengan segala kemurahan-Nya. Karunia-Nya yang dilimpahkan kepadaku melebihi segala kata-kata. Engkau telah memberiku sebuah surat jaminan, terimalah surat jaminan itu karena aku tidak membutuhkannya kembali,” ucap Simoen.
Ketika Hasan Basri terbangun terkejutlah dirinya karena mendapati surat jaminan tersebut berada di tangannya. “ Ya Allah, aku menyadari bahwa segala sesuatu yang Engkau lakukan adalah tanpa sebab kecuali dari kemurahan-Mu semata. Siapakah yang akan tersesat di pintu-Mu? Engkau telah mengizinkan seseorang yang telah menyembah api selama tujuh puluh tahun lamanya untuk menghampiri-Mu, semata-mata karena sebuah ucapan. Betapa engkau akan menolak seorang yang telah beriman selama tujuh puluh tahun ?” ( Diolah dari buku Kisah Nyata dan Ajaran Para Sufi )