Kalau dalam Ilmu Fikih terdapat Ilmu Qawaid Fiqhiyyah, yaitu kaedah-kaedah universal yang disimpulkan dari beragam pendapat ulama dalam kitab-kitab fikih, maka dalam Ilmu Tashawwuf ada istilah qawaid al-tashawwuf, yaitu kaedah-kaedah yang muncul dari beragam pendapat ulama tashawwuf dalam menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan Ilmu Tashawwuf.
Namun berbeda dengan Qawaid Fiqhiyyah yang sudah mapan dengan nama dan epistemologi sendiri, maka qawaid tashawwuf yang kami maksud di atas hanyalah sebuah judul kitab yang ditulis oleh seorang ulama besar keturunan, Fes, Maroko yang bernama Abu al-Abbas Ahmad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn ‘Isa Zarruq al-Fasi al-Burnusi. Beliau lahir pada tahun 846 H dan wafat pada tahun 899 H dalam usia 54 tahun.
Beliau digelari dengan Zarruq konon karena kakeknya adalah seorang yang kedua matanya berwarna biru, sedangkan nisbat al-Burnusi yang tersemat diujung namanya adalah karena beliau berasal dari keturunan kabilah Baranis/Burnus yang berada di dekat Kota Fes, Maroko. Sewaktu kecil, beliau dididik oleh neneknya, Ummul Banin, seorang perempuan yang pakar dalam Ilmu Fikih dan juga salehah. Hal itu disebabkan karena kedua orangtua Imam Zarruq meninggal ketika beliau masih bayi.
Berkat didikan yang intens dari sang nenek, akhirnya Imam Zarruq termotivasi untuk tumbuh menjadi seorang anak yang saleh dan menguasai ilmu-ilmu agama seperti Akidah, Fikih, Qiraat, Hadis dan Tashawwuf. Beliau juga hafal al-Qur’an di saat umurnya masih sangat belia. Namun selain itu, sang nenek juga membekali Imam Zarruq dengan keterampilan di bidang jahit-menjahit di saat usianya sembilan tahun.
Pada masa remajanya, beliau menghabiskan umurnya untuk belajar ke banyak ulama yang tersebar di berbagai daerah di Kota Fes, Maroko, kemudian melanjutkannya ke daerah-daerah sebelah timur Maroko seperti Mesir dan lain-lain. Di antara gurunya yang terkenal adalah Syekh Abu al-Abbas Ahmad ibn al-‘Ijl (kakeknya yang bermata biru), dan Syekh Abdullah Muhammad Sulaiman al-Jazuli (pengarang kitab Dalail al-Khairat) dan lain-lain.
Sementara itu, ia juga mempunyai banyak murid. Di antaranya adalah Syekh Abdullah al-Zaqqaq, Syekh Syam al-Laqqani, Syekh Ahmad al-Manjuri, dan lain-lain. Di kemudian hari, Imam Zarruq dikenal sebagai salah satu mursyid Thariqah al-Syadziliyyah yang sangat berpengaruh. Di antara karyanya yang terkenal adalah syarah (penjelasan) terhadap kitab al-Hikam karya Syekh Athaillah al-Sakandari dan syarah Hidzib al-Bahr karya Syekh Abu al-Hasan al-Syadzili.
Terkait dengan kitab Qawaid Tashawwuf, beliau menyusunnya dalam bentuk pecahan-pecahan kaedah yang berjumlah kurang lebih sebanyak 225 kaedah. Masing-masing kaedah saling berkaitan antar satu sama lain dan dijelaskan secara gamblang serta runtut dari awal hingga akhir. Selain itu, sebagaimana yang dijelaskan oleh editor kitab tersebut, Abdul Majid Khayali, Imam Zarruq juga mengaitkan penjelasannya dengan berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti Fikih, Ushul, Kalam, dan Mantiq.
Beliau mengibaratkan Ilmu Tashawwuf sebagai ilmu yang berfungsi untuk memperbaiki hati dan jiwa manusia, sebagaimana halnya Ilmu Fikih yang memperbaiki amalan zahir, Ilmu Kedokteran yang mengobati tubuh, ataupun Ilmu Gramatikal Arab (Nahwu dan Sharaf) yang memperbaiki kualitas bahasa Arab seseorang. Imam Zarruq juga menekankan bahwa kesempurnaan ilmu ini hanyalah dengan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan diawali oleh rasa takut dan bertaubat kepada Allah Swt.
Selain itu, dalam kitab ini, beliau juga menjelaskan bagaimana seharusnya seorang salik (pelajar spiritual) berusaha untuk mencari seorang guru yang kamil dan mutakamil, dalam artian kokoh akidahnya, benar amalannya, kuat makrifahnya, serta berpegang teguh kepada ajaran al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad Saw. Di samping juga memperingatkan mereka agar berhati-hati dari sebagian aktifis tashawwuf yang salah dalam niatnya serta keliru dalam amalannya.
Kitab ini sangat bagus untuk dipelajari dan dibaca secara tuntas, baik oleh para salik yang sudah pernah belajar Ilmu Tashawwuf ataupun para ikhwan yang selama ini salah paham dengan ilmu yang mulia ini.