Pembahasan mengenai kerusakan lingkungan dan ekosistemnya memang selalu identik dengan tingkah laku manusia, terlebih jika menyangkut hubungan ekologis antara alam dengan makhluk hidup.
Kerusakan lingkungan yang semakin menjadi-jadi hingga berujung timbulnya beberapa bencana alam terkadang diberi dalih bahwa itu semua musibah. Padahal dalam teori ekologi peran manusia sebagai salah satu pelaku ekologis sangatlah vital dalam menciptakan keadilan ekologis maupun ketimpangannya.
Zero waste adalah gaya hidup “life style” bebas sampah yang sudah menjadi tren di beberapa kota di Indonesia, dari mulai pecinta alam hingga beberapa komunitas yang bergerak di bidang konservasi alam. Penggunaan peralatan makan maupun minum yang tidak sekali pakai, mengubah sampah non organik menjadi karya bernilai ekonomis menjadi daya tawar menarik bagi masyarakat.
Zero Waste merupakan usaha penyadaran yang muncul dari individu-individu akan urgenitas merawat dan menjaga alam tempat kita hidup sehari-hari
Selain mengkampanyekan penyelamatan alam dari bahaya sampah yang tidak diolah, gaya hidup ini merupakan surplus dari pengolahan sampah dengan Reuse, Reduce dan Recycle. Selain menggunakan kembali sampah yang masih bisa dimanfaatkan untuk fungsi yang sama atau pun lainnya, juga harus mampu mereduksi segala sesuatu yang bisa mengakibatkan sampah serta mengolah sampah menjadi produk atau barang yang bermanfaat.
Zero Waste mengajak kita semua untuk menjadikanya sebagai gaya hidup sehari-hari sehingga tidak ada lagi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah.
Menurut laporan dari salah satu panel ahli PBB tentang keanekaragaman hayati serta ekosistem, (IPBES) Intergovermental Science-policy Platform on Biodiversitas and Ecosystem Services bahwa di awal bulan Mei 2019, sebanyak satu juta spesies telah punah dalam 50 tahun terakhir akibat aktivitas manusia.
Data yang disusun oleh 145 ahli dari 50 negara ini juga menyatakan 240 juta hektar hutan alam sudah hilang dalam kurun waktu 1990-2015. Selain itu, 85% lahan basah telah hilang, dan 100-300 juta penduduk yang mendiami wilayah pantai terancam banjir akibat hilangnya habitat pesisir.
Merujuk pada konteks global seperti yang disajikan diatas, betapa miris kondisi bumi saat ini. Pada konteks nasional, paparan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa Indonesia berpeluang menghasilkan 66-67 juta sampah pada tahun 2019.
Dari paparan KLHK di atas, praktis setiap orang dalam satu hari menghasilkan 0,7-0,8 Kg sampah. Sebuah hal yang sangat mudah jikalau masing-masing individu sadar akan inisiatif merawat dan menjaga lingkungan dengan life style ini. Namun bisa menjadi malapetaka yang nyata bilamana masing-masing individu apatis dengan persoalan ini.
Mengubah mindset dari anggapan sampah sebagai sesuatu yang kotor dan menjijikkan menjadi sampah sebagai sebuah berkah bukan barang gampang, apalagi di tengah era digital dan pola hidup masyarakat yang semakin konsumtif.
Upaya penyadaran, bimbingan, pelatihan dan pemberian contoh yang kongkret harus sering digalakkan. Zero Waste mengkampanyekan pola hidup konsumtif yang bertanggung jawab dengan mengajak masyarakat sadar akan pentingnya kesalehan ekologis.
Ada sebuah ungkapan autokritik menarik dari seorang pelajar bernama Greta Thunberg yang saya kutip dari buku terbitan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) berjudul “Ecocide, Memutus Impunitas Korporasi” mengenai keresahannya tentang kondisi bumi yang kita semua tempati saat ini:
“Kami memiliki segalanya yang kami harapkan, namun sekarang mungkin kami tidak punya apa-apa, saat ini kami mungkin tidak memiliki masa depan lagi, karena masa depan kami dijual, karena sejumlah orang menghasilkan uang dalam jumlah yang tidak terbayangkan, masa depan kami dicuri setiap kali anda mengatakan bahwa langit ada batasnya, dan hidup hanya sekali”.
Ungkapan pelajar putri kelahiran Swedia 03 Januari 2003 tersebut seolah memberi alarm terhadap kita semua tentang pentingnya menjadi menjaga bumi dan isinya.
Rasulullah SAW juga selalu mengajarkan kita untuk menjaga lingkungan. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa semua sumber alam (hutan, energi, dan air) adalah untuk manusia, oleh karena itu harus dijaga.
Di satu sisi karena kesalehan mungkin manusia bisa lebih mulia dari pada malaikat, namun di sisi lain juga bisa lebih hina dari pada hewan.
Wallahu a’lam