Di antara para tawanan terdapat Shafiyah binti Huyay. Ia adalah puteri Huyay bin Al Akhtab, pemimpin Bani Nadhir yang menghasut Quraisy untuk menyerang Madinah dalam Perang Khandaq.
Suaminya, Kinanah bin Abul Huqaiq, dibunuh akibat berkhianat kepada Rasulullah Saw karena menyembunyikan harta Bani Nadhir yang harus diserahkan. Shafiyah binti Huyay diberikan kepada Dihyah bin Al Khalifah.
Namun, seorang sahabat merasa iba kepada puteri bangsawan Yahudi itu.
Ia mendatangi Rasulullah Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau menyerahkan Shafiyah binti Huyai, putri pemimpin Quraidhah dan Bani Nadhir kepada Dihyah? Shafiyah hanya pantas dimiliki oleh engkau.”
Untuk menjaga kehormatan Shafiyah, Rasulullah Saw meminta Dihyah mengambil tawanan yang lain. Beliau menawarkan kepada Shafiyah agar masuk Islam. Shafiyah pun menerimanya.
Setelah itu Shafiyah pun menerima pinangan Rasulullah Saw dengan kebebasannya sebagai mahar.
Di Ash Shaba’, dalam perjalanan pulang ke Madinah, Rasulullah Saw menyelenggarakan walimah nikah. Ummu Sulaim merias Shafiyah. Untuk makan, dihidangkan kurma, makanan dari tepung, dan keju. Rasulullah Saw berada di sana selama tiga hari.
Pada saat itu, beliau melihat memar-memar biru pada wajah Shafiyah, lalu beliau bertanya, “Kena apa itu?”
“Wahai Rasulullah, sebelum engkau mendatangi kami, aku bermimpi melihat bulan seakan akan terlepas dari tempatnya dan jatuh ke bilikku. Aku menceritakan mimpi ini kepada suamiku dan aku tidak menyebut-nyebut dirimu sedikit pun, namun ia menempeleng wajahku,” kata Shafiyah mengisahkan asal memar-memar di wajahnya.
Rasulullah Saw tersenyum dan memberikan kata-kata menghibur, “Rupanya engkau dianugerahi kerajaan yang ada di Madinah.”
Pada saat itu ada seorang wanita Yahudi bernama Zainab binti Al Haris yang mencoba membunuh Rasulullah Saw . Zainab binti Al Haris adalah isteri Kinanah bin Abu Al-Huqaiq yang dihukum mati karena mengkhianati perjanjian dengan menyembunyikan harta Khaibar yang harusnya diserahkan sebagai pampasan. Zainab sangat dendam kepada Rasulullah Saw . itu sebab, diam-diam ia mengirimkan daging domba beracun kepada Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw yang makan bersama para sahabat sempat memakan beberapa kunyahan sampai beliau mengetahui bahwa itu daging beracun. Beliau memuntahkan daging beracun itu sambil bersabda, “Tulang ini mengabarkan kepadaku bahwa di dalam daging ini disusupi racun.”
Gemparlah para sahabat dengan usaha memuntahkan daging beracun itu. Tetapi kebanyakan sudah tertelan.
Rasulullah Saw memerintahkan agar semua sahabat yang menyantap daging beracun itu dibekam. Usaha mengeluarkan racun melalui darah yang dikeluarkan dengan bekam itu berhasil kecuali Bisyri bin Al Barra yang meninggalkan.
“Apa yang membuatmu melakukan perbuatan itu?” tanya Rasulullah Saw kepada Zainab binti Al Haris.
“Aku berkata kepada diriku sendiri, Kalau memang Muhammad adalah seorang raja, maka ia pasti akan mati memakan daging itu. Tetapi jika ia seorang nabi, tentu Allah akan memberitahunya,” kata Zainab binti Al-Harits, “Itu hanya semangat jahiliyah. Tetapi sekarang, setelah kebenaran itu bagiku sudah jelas, demi Allah, aku mengikut agama Islam!” kata Zainab mengucap dua kalimah syahadat.
Semula Rasulullah Saw akan melepaskan wanita itu, namun karena sahabat bernama Bisyr bin Al Barra meninggal karena memakan daging tersebut dan keluarganya menuntut, maka Zaenab binti Al Harits pun dijatuhi hukuman.