Warisan Penting Gus Dur di Belanda

Warisan Penting Gus Dur di Belanda

Di antara jasa penting Gus Dur bagi muslim di Belanda adalah pendirian komunitas Persatuan Pemuda Muslim Eropa (PPME).

Warisan Penting Gus Dur di Belanda

Di antara jasa penting Gus Dur bagi muslim di Belanda adalah pendirian komunitas Persatuan Pemuda Muslim Eropa (PPME). Komunitas ini sudah berdiri sejak lama dan masih eksis sampai saat ini. Dilansir dari laman resmi PPME, komunitas ini didirikan pada 12 April 1971 di Den Haag. Setelah disahkan oleh Ratu Juliana tahun 1974, kegiatan PPME menjadi semakin padat.

Bagi muslim Belanda, kehadiran komunitas ini sangatlah berati. Tidak hanya sebagai tempat belajar agama, tetapi juga menjadi wadah untuk memperkuat persahabatan sebagai sesama muslim. Selain itu, komunitas ini juga menjadi pintu masuk bagi warga Belanda atau lainnya untuk mengenal Islam lebih dekat. Saya beberapa kali menemukan, orang Belanda datang ke masjid atau kantor PPME untuk mengenal Islam lebih dekat.

Kiai Hambali dan Kiai Ahmad Naf’an Sulchan termasuk sahabat Gus Dur yang masih sering aktif mendampingi kegiatan PPME. Beliau jarang sekali absen, dan selalu hadir dalam setiap kegiatan. Keduanya bertemu Gus Dur saat kuliah di Baghdad. Dari Pak Kiai Hambali saya baru tahu bahwa Gus Dur itu lulus kuliah di Baghdad. Di Mesir memang beliau tidak lulus, seperti diutarakan banyak orang, tetapi di Baghdad beliau lulus. Malah tujuan awal Gus Dur datang ke Belanda, menurut Pak Kiai Hambali, untuk melanjutkan kuliah magister di Universitas Leiden.

Tapi karena diminta orang tuanya untuk pulang, Gus Dur tidak sempat melanjutkan keinginannya tersebut. Sebelum pulang, dia berpesan kepada teman-temannya untuk bertahan di Belanda dan tidak usah pulang, karena pada waktu itu pemerintah Orde Baru kurang bersahabat dengann Alumni Timur-Tengah. Sebab itu, Kiai Hambali bertahan di Belanda dan mengembangkan PPME bersama teman-temannya.

PPME dulu rutin menerbitkan buletin, sebagai bahan bacaan untuk anggota atau khalayak umum. Isinya kebanyakan tentang Islam di Indonesia, Belanda, dan Eropa. Nama buletinnya al-Falaah, konon nama ini terinspirasi dari azan Gus Dur sewaktu beliau melafalkan Hayya ‘alal Falah.

Kalau mengikuti kegiatan PPME, suasananya tidak jauh berbeda dengan pengajian di Indonesia. Kajian diawali dengan dzikir bersama atau baca surat Yasin dan diakhiri dengan makan bersama. Kadang juga diselingi dengan shalawatan yang dibarengi dengan rebana. Kesan seperti ini hampir dirasakan setiap orang yang berkunjung ke komunitas ini. Ini menunjukkan bahwa salah satu yang diperjuangkan pendiri dan pimpinan PPME hari ini adalah bagaimana mengenalkan Islam Indonesia kepada masyarakat Belanda, atau bagaimana supaya orang-orang Indonesia yang ada di Belanda tidak teraleniasi dengan kultur Islam Indonesia.