Warga Gaza tampaknya sedang mengalami krisis ganda yang berat. Blokade yang menimbulkan kekerasan yang semakin tinggi eskalasinya dan COVID-19 yang semakin banyak menelan korban.
Hal tersebut dikatakan oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Saat ini warga Gaza tengah berjuang mengatasi krisis listrik akut dan peningkatan penderita COVID 19.
“Penduduk Gaza berada di bawah tekanan yang parah. Orang-orang stres: mereka tidak hanya bertahan dengan listrik empat jam sehari; kekhawatiran mereka atas virus tersebut telah sangat diperparah dan mereka sekarang terkunci,” kata Ignacio Casares Garcia, kepala Sub-delegasi ICRC di Gaza seperti dilansir laman wafa.ps.
Sebelumnya Gaza telah berhasil mencegah penularan virus dengan karantina yang ketat. Namun kondisinya berubah setelah ditemukan kasus baru yang terus bertambah. “ Sistem perawatan kesehatan Gaza tidak akan mampu menangani lebih dari beberapa lusin pasien virus corona. Perawatan pasien COVID-19 membutuhkan peralatan medis dan laboratorium serta persediaan khusus dan obat-obatan yang tidak tersedia di rumah sakit dan pusat kesehatan dalam jumlah yang cukup,” ujar Casares.
Untuk itu pihak ICRC menghimbau warga Gaza mematuhi aturan pencegahan serta adanya upaya internasional untuk meningkatkan kapasitas fasilitas kesehatan di Gaza.
“Mereka tidak bisa melakukan ini sendirian. Mereka membutuhkan semua bantuan internasional yang dapat mereka peroleh untuk memastikan mereka siap menghadapi krisis, “tambahnya. ICRC telah menyediakan perbekalan dan perlengkapan, antara lain peralatan vital ICU, kaporit, perlengkapan pelindung diri (APD) dan perbekalan rumah sakit, serta melakukan perbaikan infrastruktur di rumah sakit yang ditugaskan untuk merawat pasien COVID19 di Gaza.