Dalam sebuah pengajian, seorang pendakwah mendoakan orang lain agar cepat mati. Dia berdoa buruk seperti itu karena pandangan keagamannya berbeda dengan orang yang didoakan cepat mati. Video pengajian pendakwah tersebut tersebarluas di media sosial. Merespon video itu, Ustadz Ahong menjelaskan bahwa mendoakan buruk pada orang lain itu tidak boleh, apalagi hanya lantaran beda pendapat.
Memang ada yang mengatakan berdoa keburukan itu boleh bila kita dizalimi. Akan tetapi, kata Ustadz Ahong, al-Qur’an mengajarkan kepada kita untuk memaafkan orang yang berbuat zalim. Dalam Surat al-Nahl ayat 126, Allah berfirman, “Jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yg ditimpakan pdmu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”
Kalau kita baca sejarah perang uhud, Rasulullah dan para sahabat pada saat itu sudah hampir kalah. Sebagian sahabat ada yang mengusulkan kepada Rasulullah untuk mengambil jalan pintas. Mereka berkata, “Rasul, mohonkanlah kepada Allah agar musyrik Mekah yang mengintimidasi kita ini dilaknat oleh Allah.”
Apa jawaban Rasulullah? Aku ini diutus untuk tebar rahmat, bukan obral laknat” (HR Muslim). Hadis ini shahih, tidak diperdebatkan kesahihannya oleh ulama hadis. Bayangkan, di saat terdesak saja, Rasulullah tidak mau mendoakan buruk orang yang memusuhinya.
“Karenanya, menurut saya inti atau puncak dari ajaran agama itu adalah akhlak. Tak heran bila Rasulullah mengatakan, ‘Orang yang paling aku cintai dan duduk dekat denganku di hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya’ (HR: Al-Thabrani),” Tegas Ustadz Ahong.
Dalam cuitan twitternya, Ustadz Ahong mengingatkan agar tidak mudah berkata kasar kepada orang lain, apalagi mendoakan keburukan, khususnya kepada orang yang berbeda pendapat dengan kita. Apalagi perbedaan itu dalam tataran khilafiyyah, atau masalah agama yang memang sejak dulu sudah diperdebatkan para ulama.
*Jangan lupa follow akun Twitter Ustadz Ahong di sini