Utlubul Ilma Minal Mahdi ilal Lahdi, Hadis atau Bukan?

Utlubul Ilma Minal Mahdi ilal Lahdi, Hadis atau Bukan?

Utlubul Ilma Minal Mahdi ilal Lahdi ternyata adalah hadis palsu.

Utlubul Ilma Minal Mahdi ilal Lahdi, Hadis atau Bukan?

Perintah untuk menuntut ilmu biasanya disampaikan oleh para ulama dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mengutip sebuah hadis yang berbunyi utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi. 

Berikut teks bahasa Arab utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi dan artinya:

أُطْلُبُ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إلى اللَّهْدِ

Carilah ilmu mulai dari ayunan, hingga liang lahat (kuburan).

Lalu, benarkah utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi adalah hadis?

Penulis melacak (mentahrij) hadis ini dengan kata “Uṭlub al-ilma” yang merupakan alih bahasa dari “tuntutlah ilmu”. Penulis sama sekali tidak menemukan hadis yang semakna atau mirip dengan hadis tersebut dalam beberapa kitab hadis induk. Padahal hadis ini begitu populer di kalangan umat.

Abu al-Fattaḥ Abu Ghuddah (w. 1417 H) dalam Qīmah al-Zaman ʻInda al-ʻUlama’ menjelaskan, hadis tersebut merupakan hadis palsu. Selain sering dipopulerkan dengan redaksi amar (uṭlub), hadis ini juga populer dengan redaksi Fiil Madhi. Bahkan, Abu Ghuddah pun menemui kendala yang sama, ia sama sekali tidak menemukan hadis tersebut dalam kitab-kitab yang hadis. (Lihat: Abdul-Fattaḥ Abu Ghuddah, Qīmah al-Zaman ʻInda al-ʻUlamā’, (Riyadh: Maktabah al-Maṭbūʻah al-Islāmiyah, 2012), h. 30.)

Menurut Abu Ghuddah, hadis ini secara sanad memang palsu, tetapi secara makna hadis ini benar dan diperkenankan untuk menjadikan bahan dakwah. Karena, menurut al-ʻAjlunī (w. 1162) isi dari hadis palsu tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan hadis lain yang memiliki derajat hasan, misalnya hadis kewajiban menuntut ilmu, “thalabu al-ilmi faridhatun ala kulli muslimin.” Hadis ini disebut hasan oleh al-Ajlūnī melalui riwayat Ibn Mājjah dari Anas ibn Malik secara marfū’. Lihat Ismail ibn Muhammad al-ʻAjlūnī, Kasyfu al-Khafā’ wa Muzīlu al-Ilbās, (tk.: Maktabah al-ʻIlmi al-Ḥadīs, t.t), j. 2, h. 51.

Walaupun secara makna benar, namun tetap dilarang untuk menggunakan hadis palsu ini dan menyandarkannya kepada Rasulullah Saw. Bahkan Abu Ghuddah sendiri tidak menyebutkan hadis palsu ini sebagai hadis, ia malah menyebutnya sebagai kaul ulama. Kaul ulama tersebut dikutip Abu Ghuddah dalam kisah Abu Yusuf (w. 182 H), seorang murid dan penyebar mazhab Abu Hanifah yang masih tetap meniliti suatu masalah fikih pada masa-masa akhir hayatnya.

Oleh karena itu, para dai, guru, atau influencer muslim perlu berhat-hati dalam menggunakan sebuah hadis, khususnya hadis Utlubul Ilma Minal Mahdi ilal Lahdi. Hal ini penting agar kita bukan menjadi salah satu penyebar kabar bohong dan hadis palsu tentang nabi.

Dalam sebuah hadis disebutkan,

من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار

Man kaddzaba ‘alayya muta’ammidan falyatabawwa’ maq’adhu minan-nār

Setiap orang yang berbohong atas nama nabi, maka ia telah menyiapkan tempatnya di neraka.

(AN)

Wallahu a’lam.