Saat mengantar paket ke salah satu gerai agen jasa kurir, saya agak takjub ketika melihat penjaga gerai jasa kurir tersebut. Jika biasanya yang musik diputar adalah musik pop atau dangdut ala Dedi Kempot, di gerai tersebut sang penjaga gerai larut dalam ceramah agama ustadz terkenal, Ustadz Abdul Somad. Beberapa kali ia menggut-manggut sembari mengetik alamat kiriman yang ia terima. Nampaknya UAS memang masih menjadi ustadz mashur di kalangan perkotaan.
Pengalaman saya tersebut ternyata senada dengan hasil yang menakjubkan dari laporan tahunan pusat penelitian Alvara (Alvara Research Center) tahun 2019. Yaitu Ustadz Abdul Somad (UAS) menjadi ustadz yang paling dikenal dan populer oleh masyarakat Indonesia dari berbagai generasi, utamanya kalangan millenial dan generasi Z.
Selain UAS, ada juga beberapa ustadz dan dai lain, seperti AA Gym, Mama Dedeh, Ustadz Solmed, Gus Muwafiq, Gus Mus, K.H Maruf Amin dan beberapa dai yang lain.
“Saat ini Ustad Abdul Somad menjadi ulama yang paling dikenal oleh umat Islam di Indonesia, kemudian dikuti oleh AA Gym, Ustad Yusuf Mansyur, Ustad Solmed dan KH. Ma’ruf Amin,” tulis Alvara dalam Annual Report tahun 2019 yang baru saja dirilis beberapa hari yang lalu.
Dalam survei tersebut disebutkan bahwa UAS mendapatkan rata-rata 82,2 dari 1567 responden yang berpartisipasi dalam survei tersebut. Dari segi sebaran wilayah, popularitas tertinggi UAS ada di pulau Sulawesi, kemudian Kalimantan dan Sumatera. Sedangkan AA Gym populer di Jawa dan Sumatera, Ustad Yusuf Mansyur populer di
Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Namun secara umum, UAS cukup mendominasi di berbagai wilayah tersebut.
Secara persebaran generasi, UAS juga populer di berbagai generasi, terutama di generasi millennial. Sedangkan AA Gym dan ustad Yusuf Mansyur hanya populer di generasi older millennial dan younger gen X.
“Kondisi tersebut terjadi karena AA Gym dan Ustad Yusuf Mansyur kemunculannya di media lebih dulu dibanding Ustad Abdul Somad. Kepopuleran Ustad Abdul Somad baru muncul dua tahun belakangan ini,” tulis Alvara.
Populernya UAS dibandingkan ustadz dan dai lain, khususnya pada tahun 2019 kemarin sangat menarik untuk dibahas. Pasalnya, tahun-tahun tersebut UAS mengalami beberapa masalah dan kasus, salah satunya adalah kasus “ceramah salib” yang sangat kontroversial, bahkan sempat mendapatkan banyak kritik dari berbagai pihak, khususnya para aktivis kerukunan antar agama.
Ceramah UAS dianggap tidak mencerminkan seorang dai yang bijak dan dianggap memancing permusuhan antara muslim dan Kristen. Puncaknya, UAS justru membela kesalahannya dengan dalih “ajaran agama” yang justru dibela oleh MUI pusat. Menariknya, masa survei yang dilakukan Alvara ternyata bersamaan dengan mencuatnya kasus “ceramah salib” ini, yaitu antara 12-31 Agustus 2019.
Menanggapi hal ini, Hasanuddin Ali, CEO Alvara menuturkan bahwa popularitas tidak ada kaitannya dengan kasus dan ceramah kontroversial yang dilakukan UAS. Menurutnya, faktor utama menanjaknya popularitas UAS adalah karena ia sering muncul ke publik, baik dari ceramah-ceramahnya di berbagai daerah ataupun melalui media sosial.
“Popularitas itu tidak ada kaitannya dengan negatif ataupun positif. Faktornya exposure, semakin sering dia bicara ya akan terus eksis,” tutur Hasanuddin saat wawancara dengan redaksi Islamidotco.
Hasanuddin menambahkan bahwa beberapa kasus yang dianggap akan menurunkan popularitas UAS, seperti kasus perceraian dan ceramah-ceramah kontroversial justru akan menaikkan popularitas. Beberapa hal yang dianggap negatif tersebut mungkin bisa memengaruhi citra UAS, namun tidak memengaruhi popularitasnya.
“Kalau dilihat dari citranya (karena beberapa kasus tersebut) mungkin agak turun, tapi dari sisi popularitas tetap naik,” lanjut penulis buku “Wajah Muslim Indonesia” ini.
Beberapa dai lain, yang dianggap kurang banyak muncul di media sosial ternyata masih memiliki nilai popularitas yang cukup tinggi, seperti Ustadz Solmed dan Mama Dedeh. Dua dai dan daiyah wajah lama ini jarang kita lihat di media sosial, namun secara rangking keduanya menempati rangking empat dan enam (setelah Yusuf Mansyur dan K.H Maruf Amin).
Dalam hal ini, Hasanuddin menyebutkan bahwa Ustadz Solmed dan Mamah Dedeh masih sering muncul di televisi dengan program kajian khususnya di stasiun televisi swasta pada pagi hari. Hal ini, bagi Hasanuddin, cukup wajar karena televisi masih menjadi media belajar Islam yang cukup banyak.
“Solmed itu lebih banyak di TV, kan? Nah, itu kalau kita lihat (hasil survei terkait) referensi orang (untuk belajar Islam), orang menonton TV itu masih banyak,” ujar Hasanuddin.
Dalam hasil survei Alvara tersebut juga menunjukkan bahwa pengguna televisi sebagai media untuk belajar Islam juga masih banyak bahkan hampir sama dengan pengguna internet/medsos untuk belajar Islam. Hasanuddin menilai bahwa ada kalanya orang menggunakan internet dan televisi secara bersamaan untuk belajar Islam.
“Ada istilah namanya multi split, jadi (belajar Islam) di TV iya, di internet juga iya,” ungkap Hasanuddin. (AN)