Perbedaan pemahaman atas teks kitab suci di kalangan umat Islam telah terjadi sejak masa awal Islam. Pada masa itu, perbedaan masih disikapi dengan bijak oleh umat Islam, mereka tetap bisa menghargai satu sama lain. Namun, dewasa kini, sikap seperti itu semakin langka. Perbedaan, yang oleh Nabi disebut sebagai Rahmat, justru sering menjadi sebab perpecahan di kalangan umat Islam.
Fenomena tersebut mendapatkan perhatian khusus dari banyak Ulama, salah satunya adalah Syekh Abdul Aziz bin Muhammad Al-Syahawi, salah seorang ulama senior di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Menurut beliau, umat Islam harus tetap menguatkan persatuan di tengah beragamnya perbedaan.
“Wahai saudara sekalian, merupakan sebuah keharusan bagi kita semua untuk bersatu, bukan berpecah belah,” tuturnya saat mengawali ceramahnya dalam acara Pembukaan Daurah Bulughul Maram di Ma’had Darul Qur’an wal Hadis, Pancor, Lombok Timur.
Mahaguru Mazhab Syafi’i di Mesir tersebut mencontohkan sikap para sahabat Nabi, yang ketika berbeda pendapat antara satu dengan lainnya, mereka tetap bisa menjaga kekompakannya.
“Sahabat Rasul berkata: Atas dasar apa kita berpecah belah? Atas dasar apa kita berkelompok-kelompok? Sedangkan agama kita satu, Tuhan kita satu, Rasul kita satu, dan kitab kita satu,” jelasnya.
Perpecahan di kalangan umat Islam sebenarnya bukan sebuah hal yang baru disadari. Syekh Abdul Aziz menuturkan sebuah hadis Nabi yang mengabarkan tentang berpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan, dan hanya satu dari jumlah tersebut yang selamat.
“Mereka yang selamat adalah yang berpegang pada tuntunan Rasul dan para sahabat,” tegasnya.
Dalam acara tersebut, Syekh Abdul Aziz didampingi oleh Dr. TGB. Muhammad Zainul Majdi, Lc., M.A. Selain memandu ceramah, TGB juga menerjemahkan sekaligus menjelaskan ulang ceramah Syekh Abdul Aziz agar dapat dipahami oleh para hadirin.
Saat menjelaskan ulang perihal golongan yang selamat, TGB menambahkan, bahwa mereka yang selamat bukan hanya berpegang pada tunutan Rasul dan para sahabat, melainkan juga mengikuti panduan yang diberikan oleh para ulama.
“Dengan kata lain, tuntunan Rasul, tuntunan para sahabat, pemahaman Rasul, pemahaman sahabat, yang dijelaskan oleh para Ulama. Itulah yang menjadi pegangan kita,” ucap TGB.
Penjelasan dari TGB tersebut juga perlu menjadi perhatian umat Islam. Mengingat, masih banyak orang yang memiliki semangat kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, tetapi mereka tidak, atau bahkan enggan, mengikuti panduan-panduan yang telah diberikan oleh para ulama. Sikap seperti itu tentu berbahaya, karena bisa jadi mereka bukan selamat, tapi malah tersesat.