Penandatanganan normalisasi hubungan antara Israel dan Uni Emirat Arab memancing reaksi dari pimpinan Palestina. Melalui juru bicaranya, Presiden Palestina Mahmud Abbas, menyebutkan bahwa normalisasi tersebut sebagai pengkhianatan dan menggambarkannya sebagai agresi terhadap rakyat Palestina.
“Pimpinan Palestina menolak apa yang telah dilakukan Uni Emirat Arab dan menganggapnya sebagai pengkhianatan terhadap Yerusalem, Masjid Al-Aqsa, dan perjuangan Palestina. Kesepakatan ini adalah pengakuan de facto atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel,” ungkap Nabil Abu Rudeinah, juru bicara Presiden Mahmoud Abbas dalam siaran televisi.
Ditambahkan bahwa pemimpin Palestina memperingatkan negara Arab lainnya untuk tunduk kepada tekanan Amerika dan mengikuti jejak Uni Emirat Arab.
“Baik Emirates maupun pihak lain tidak memiliki hak untuk berbicara atas nama rakyat Palestina. Kepemimpinan Palestina tidak akan mengizinkan siapa pun untuk mencampuri urusan Palestina,” katanya seperti dilansir laman wafa news agency.
Pimpinan Palestina juga menganggap langkah tersebut sebagai pukulan terhadap inisiatif perdamaian Arab dan keputusan KTT Arab dan Islam. Sementara itu para pemimpin menyerukan sesi darurat segera Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk menolak deklarasi ini.
Pimpinan Palestina juga menghimbau kepada masyarakat internasional untuk mematuhi hukum internasional. Menurutnya Perdamaian hanya bisa dicapai melalui akhir penuh pendudukan Israel di wilayah Palestina.