Disebutkan dalam kitab Ihya Ulumuddin , bahwa dahulu ada seorang Abid atau orang yang sangat tekun beribadah yang ingin menebang pohon karena dianggap sebagai biang kemusyrikan. Pohon tersebut memang selalu dijadikan sebagai tempat sesembahan. Melihat sesuatu yang dianggapnya menimbulkan kemusyrikan, si Abid ini merasa terpanggil untuk menyelamatkan akidah orang-orang tersesat itu.
Ia kemudian memutar otak. Maka muncullah ide untuk menebang pohon tersebut. Menurutnya hal tersebut meruapakan satu- satunya cara menghilangkan kemusyrikan. Maka bergegaslah si Abid menuju pohon tersebut. Tapi di tengah jalan ia dicegat oleh Iblis. Maka terjadilah perkelahian yang dimenangkan oleh si Abid. Kekalahan tersebut ternyata bukan sebuah akhir kisah, tetapi justru menjadi sebuah awal kisah. Ternyata dengan jurus jitunya si Iblis bisa mengalahkan si Abid.“ Wahai Abid, mengapa engkau repot-repot ingin menebang pohon besar itu. Bukankah tidak ada urusan denganmu?” tanya Iblis.
Dengan lantang si Abid menjawab,” Saya hanya ingin orang-orang menyembah Allah tidak pohon itu. Dan satu satunya jalan adalah menebangnya.” Mendengar jawaban tersebut Iblis berkata,” Wahai Abid urungkan saja niatmu. Aku punya saran jika engkau membatalkan niatmu menebang pohon itu, maka aku berjanji akan memberikan uang di bawah bantalmu setiap hari engkau bangun tidur. Uang itu bisa mencukupi kebutuhan keluargamu.” Mendengar tawaran itu mululai luluhlaah hati si Abid dan berkata,” Baiklah kalau begitu.”
Benar juga, keesokan harinya setelah bangun tidur terdapat uang di bawah bantal si Abid. Hal itu berlangsung selama dua hari. Pada hari ketiga apa yang dikatakan oleh Iblis tidak terjadi. Maka beranglah si Abid. Kemudian bergegaslah si Abid untuk kembali ingin memotong pohon biang kemusyrikan. Seperti semula, di tengah jalan ia menjumpai si Iblis. Terjadilah perkelahian untuk kedua kalinya. Namun kali ini si Abid kalah telak. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan bagi si Abid.” Mengapa hari ini aku kalah?” Mendengar perkataan si Abid, Iblispun menjawab,” Wahai Abid kekalahanmu itu sebab engkau berkelahi karena tidak diberi uang. Adapun perkelahian yang pertama kali ketika aku kalah, karena engkau berkelahi dengan niat tulusmu mencari ridha Allah ingin memberantas kemusyrikan.Dan Allah meridhai usahamu itu.” (Diolah dari buku Perempuan dan Bidadari karya KH Mujab Mahalli)